Friday, August 5, 2016

Pentingnya Memaafkan (dengan Tulus)



Sebagai manusia, kita pasti pernah melakukan kesalahan yang membuat orang lain merasa tersakiti. Begitu pula sebaliknya; -- kita pasti pernah merasa tersakiti karena kesalahan orang lain. Dan jika ada pertanyaan "Lebih mudah mana, minta maaf atau memaafkan?"; -- saya yakin, mayoritas (atau bahkan semua) orang akan menjawab 'lebih mudah minta maaf'.

Benar.
Memaafkan (dengan tulus) itu memang sebuah hal yang sangat sulit dilakukan. Apalagi jika orang yang melakukan kesalahan (hingga membuat kita tersakiti) itu adalah orang terdekat kita. Pfuih, rasanya lebih sakit dibandingkan jika yang menyakiti adalah orang yang sama sekali tidak kita kenal.

Pernah mengalami hal seperti itu?
Saya pernah!

Setiap saya teringat peristiwa menyakitkan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, saya seolah ditarik kembali pada kenangan ketika peristiwa itu terjadi. Dan itu membuat saya merasa peristiwa tersebut baru saja saya alami. Jika semula saya memiliki keyakinan bahwa waktu akan menyembuhkan rasa sakit yang saya rasakan, pada kenyataannya -- karena saya selalu merasa peristiwa itu baru terjadi setiap kali saya teringat peristiwa itu -- rasa sakit itu tak juga kunjung hilang.

Ironis bukan?
Tapi yaaa, memang begitulaahh...
Jika kita mengingat sebuah peristiwa yang menyakitkan, otak kita akan otomatis kembali memutar peristiwa itu. Kenangan kita akan rasa sakit itu kembali kita rasakan. Perasaan marah, kecewa, jengkel dan perasaan negatif lainnya (terhadap orang-orang yang telah menyakiti kita) akan kembali memenuhi hati kita.
     Terlebih jika kita menceritakan hal itu pada orang lain!
     Karena pada saat kita bercerita, kejadian itu justru semakin melekat kuat pada memori kita.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan? Kita toh tidak akan pernah bisa melupakan sebuah kenangan, apalagi kenangan yang sangat menyakitkan karena (mungkin/pasti) membekas di hati kita sangat dalam.
     Ya. Kita memang tidak perlu berusaha untuk melupakan. Sebab yang (lebih) sering terjadi adalah semakin kuat kita berusaha melupakan, semakin hal itu tidak bisa kita lupakan. Biarlah kita tetap mempunyai kenangan terhadap peristiwa menyakitkan itu. Biarlah kita tetap mengingat sesiapa yang pernah menyakiti hati kita. Karena semua itu akan tetap selamanya menjadi bagian dari cerita hidup kita. Yang lebih baik kita lakukan adalah berdamai dengan perasaan sakit terhadap peristiwa dan/atau orang-orang itu. Karena pada saat kita memutuskan untuk berdamai, saat itulah kita juga tulus memaafkan.

Semua butuh proses.    
Namun seiring dengan semakin tingginya kesadaran untuk mendewasakan iman, Insya Allah semua rasa sakit yang tersebabkan oleh apapun dan siapapun akan termaafkan.
Aamiin...

Bukankah untuk membuat Allah senang adalah dengan sedekah, infaq, zakat serta akhlaqul karimah?

Bila kita melunakkan hati kepada orang lain, itu adalah tanda bahwa kita mencintai Allah dan tentu akan membuat Allah senang.

Jika kita mencintai Allah dan Allah senang dengan apa yang kita lakukan, Allah akan melimpahkan rahmat-Nya lebih banyak lagi pada kita.

Jadi, berusahalah mulai sekarang untuk berdamai dan memaafkan!

::[]::

#mendewasakaniman
#ayointrospeksi
#renungan
#cintaAllah