Monday, September 26, 2016

Gerimis



Pagi itu, kala kakimu menegak dan menyambut langkahku;
~ tiada kata selain "rindu...".
Setelah sekian lama tiada kabar sepucukpun,
kita dipertemukan oleh duka...

Berpelukan kita.
Erat.
Hingga udara terasa terselimuti senyap.
Meski tak ada sepatahpun kata.
Jiwa kitalah yang saling menyapa.
Dan itu telah cukup membuat air mata kita menggayut.

Sekian detik kita salurkan segala rasa.
Saling mengirimkan getaran tanpa suara.
Hingga kau mengucap lirih,
"Dik, banyak sekali cerita..."

Pagi itu,
rintik hujan menjadi saksi kebersamaan kita.
Walau hanya sesaat.
Namun yang hanya sesaat itu sanggup luruhkan kecewaku.

Ahh...
Maafkan aku jika pernah ada prasangka.


::[]::

#Edisimelowketemusahabatlama
#LatePost
#KetemumbakRatih


Friday, August 5, 2016

Pentingnya Memaafkan (dengan Tulus)



Sebagai manusia, kita pasti pernah melakukan kesalahan yang membuat orang lain merasa tersakiti. Begitu pula sebaliknya; -- kita pasti pernah merasa tersakiti karena kesalahan orang lain. Dan jika ada pertanyaan "Lebih mudah mana, minta maaf atau memaafkan?"; -- saya yakin, mayoritas (atau bahkan semua) orang akan menjawab 'lebih mudah minta maaf'.

Benar.
Memaafkan (dengan tulus) itu memang sebuah hal yang sangat sulit dilakukan. Apalagi jika orang yang melakukan kesalahan (hingga membuat kita tersakiti) itu adalah orang terdekat kita. Pfuih, rasanya lebih sakit dibandingkan jika yang menyakiti adalah orang yang sama sekali tidak kita kenal.

Pernah mengalami hal seperti itu?
Saya pernah!

Setiap saya teringat peristiwa menyakitkan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, saya seolah ditarik kembali pada kenangan ketika peristiwa itu terjadi. Dan itu membuat saya merasa peristiwa tersebut baru saja saya alami. Jika semula saya memiliki keyakinan bahwa waktu akan menyembuhkan rasa sakit yang saya rasakan, pada kenyataannya -- karena saya selalu merasa peristiwa itu baru terjadi setiap kali saya teringat peristiwa itu -- rasa sakit itu tak juga kunjung hilang.

Ironis bukan?
Tapi yaaa, memang begitulaahh...
Jika kita mengingat sebuah peristiwa yang menyakitkan, otak kita akan otomatis kembali memutar peristiwa itu. Kenangan kita akan rasa sakit itu kembali kita rasakan. Perasaan marah, kecewa, jengkel dan perasaan negatif lainnya (terhadap orang-orang yang telah menyakiti kita) akan kembali memenuhi hati kita.
     Terlebih jika kita menceritakan hal itu pada orang lain!
     Karena pada saat kita bercerita, kejadian itu justru semakin melekat kuat pada memori kita.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan? Kita toh tidak akan pernah bisa melupakan sebuah kenangan, apalagi kenangan yang sangat menyakitkan karena (mungkin/pasti) membekas di hati kita sangat dalam.
     Ya. Kita memang tidak perlu berusaha untuk melupakan. Sebab yang (lebih) sering terjadi adalah semakin kuat kita berusaha melupakan, semakin hal itu tidak bisa kita lupakan. Biarlah kita tetap mempunyai kenangan terhadap peristiwa menyakitkan itu. Biarlah kita tetap mengingat sesiapa yang pernah menyakiti hati kita. Karena semua itu akan tetap selamanya menjadi bagian dari cerita hidup kita. Yang lebih baik kita lakukan adalah berdamai dengan perasaan sakit terhadap peristiwa dan/atau orang-orang itu. Karena pada saat kita memutuskan untuk berdamai, saat itulah kita juga tulus memaafkan.

Semua butuh proses.    
Namun seiring dengan semakin tingginya kesadaran untuk mendewasakan iman, Insya Allah semua rasa sakit yang tersebabkan oleh apapun dan siapapun akan termaafkan.
Aamiin...

Bukankah untuk membuat Allah senang adalah dengan sedekah, infaq, zakat serta akhlaqul karimah?

Bila kita melunakkan hati kepada orang lain, itu adalah tanda bahwa kita mencintai Allah dan tentu akan membuat Allah senang.

Jika kita mencintai Allah dan Allah senang dengan apa yang kita lakukan, Allah akan melimpahkan rahmat-Nya lebih banyak lagi pada kita.

Jadi, berusahalah mulai sekarang untuk berdamai dan memaafkan!

::[]::

#mendewasakaniman
#ayointrospeksi
#renungan
#cintaAllah


Tuesday, June 7, 2016

Menarik Pelajaran Dari Manapun...



Game 'tunjek-menunjek' akhirnya menular juga di grup ICT Family.

Dan menurutku, sharing dari pak Gunady Li (yang aku tunjek untuk sharing di grup) ini sangat menarik untuk aku simpan sebagai #Catatanku. 

Inilah sharing beliau (tanpa diedit).


#MenarikPelajaranBaikDariKejadianSeharihari

Sejak baksos, saya menemukan banyak hal baru untuk saya pelajari. Tidak hanya hal baru, tetapi juga kenal dengan orang2 baru. Dari orang2 baru inilah saya bisa mempelajari banyak hal baru, yang akan mengembangkan hidup dan pengetahuan saya selama ini.

Yang paling menarik adalah kisah hidup seseorang yang baru saya kenal secara langsung di baksos ini. Bukan kisah nya yang mau saya share, tapi apa yang bisa saya pelajari dari kisah itu yang ingin saya bagikan di sini.
Kepada saya, dia share dan bercerita mengenai kejadian2 dan hal2 kelam yang pernah dia alami dalam hidupnya, yang membuat saya ga percaya bahwa dia pernah dan bisa mengalami hal tersebut jika melihat kondisi dia yang sekarang. Dan hebatnya, apa yang saya lihat dari dia sekarang adalah sesuatu yang benar2 beda, benar2 baru tanpa adalagi bayang2 masalah2 masa lalu nya tersebut. Bahkan jika melihat aura kebaikan nya, benar2 tidak terasa bahwa dia pernah mengalami hal2 buruk tersebut.

Ada tiga hal yang benar2 menginspirasi saya dari perkenalan dan kisahnya tersebut:
-   Jangan hidup dalam bayang2 masa lalu. Selalu syukuri dan jalani hidup ini dengan kebahagiaan dan selalu berbagi dengan sesama.
-   Jika kita berniat dan selalu berbuat kebaikan, maka akan selalu ada jalan yang disediakan bagi kita untuk mencapai nya.
-   Perubahan hidup mu bukan di tentukan dari apa yang kamu pelajari atau dari orang lain. Perubahan itu datang dari dalam diri sendiri. Ketika kita mengenali sesuatu yang ga beres dan mau berubah, di situlah perjalanan sebenarnya hidup kita berasal.

Bahkan dari perkenalan singkat pun kita bisa mempelajari hal baru bukan... luar biasa.


Aku jadi teringat pesan bijak dari Bapak, untuk selalu bisa mengambil nilai positif dari segala hal. Bahkan dari seburuk-buruk keadaan, bila kita melihat dengan kejernihan hati dan pikiran, InsyaAllah kita bisa mendapatkan nilai positif itu.

Point utama dari nasihat tersebut adalah kita harus memiliki bekal yang cukup untuk memilah, hal mana yang bisa kita jadikan hikmah dalam keadaan terburuk sekalipun.

Kapanpun.
Dimanapun kita berada.
Dengan siapapun kita saat itu.


::[]::


#MenarikPelajaranBaikDariKejadianSeharihari
#Catatanku
#ICTers
#NasihatBapak


Monday, May 30, 2016

FILSAFAT TIONGHOA



>>>Reshared today from ICT Family Group 
by Mr. Jose Sualang<<<


GUNUNG memiliki KETINGGIAN masing-masing
AIR memiliki KEDALAMAN masing-masing
Tidaklah perlu saling membandingkan, karena SETIAP ORANG juga PUNYA KELEBIHAN masing-masing.

Angin memiliki sifat yang bebas,
Awan memiliki kelembutan Tidaklah perlu kita meniru, setiap orang juga memiliki sifat masing-masing.

 Raihlah apa yang kita anggap bisa membawa kebahagiaan
 Jagalah apa yang kita anggap pantas.
 Hargailah apa yang kita anggap suatu keberuntungan
 Ikuti kata hati, agar tidak ada penyesalan dalam hidup.

1. Manusia punya 1 jalan :
          JALANILAH JALAN SENDIRI

2. Manusia punya 2 mustika :
          TUBUH SEHAT
          SUASANA HATI BAIK

3. Manusia punya 4 penderitaan hidup :
          TIDAK MELIHAT KEBENARAN
          TIDAK BISA MERELAKAN
          TIDAK MAU KALAH
          TIDAK BERSEDIA MELEPASKAN

4. Manusia punya 5 kalimat hidup :
          WALAU SUSAH TETAP BERUSAHA,
          WALAU SUDAH BAIK, TETAP HARUS BERSAHAJA
          WALAU SERBA KURANG JUGA HARUS PERCAYA DIRI
          WALAU BERKELEBIHAN JUGA HARUS HEMAT
          WALAU KEDINGINAN, HATI HARUS TETAP HANGAT

5. Manusia punya 6 kekayaan hidup :
          TUBUH
          PENGETAHUAN
          IMPIAN
          KEYAKINAN
          PERCAYA DIRI
          TEKAD JUANG

Saat kita menanam padi, rumput ikut tumbuh, tapi saat kita menanam rumput tidak pernah tumbuh padi.
Dalam melakukan kebaikan, kadang-kadang hal yang buruk turut menyertai.
Tapi saat melakukan keburukan, tidak ada kebaikan bersamanya.

Kembangkan terus perbuatan baik dan kebajikan dalam kehidupan kita



::[]::

#Catatanku
#ICTFamily
#ReminderForMySelf

Friday, May 20, 2016

Izel Sayaaanng Banget ma Bunda :)



"Merasa mencintai, memperhatikan dan menghargai seorang anak belumlah cukup, yang paling penting adalah bagaimana membuat mereka merasa dicintai, dihargai dan diterima"


Buku "Rahasia Mendidik Anak" 
Quote pak Ariesandi di buku beliau yang berjudul "Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses Bahagia" itu benar-benar menjadi sebuah renungan tersendiri bagiku.

Kalau aku ditanya apakah aku mencintai, memperhatikan dan menghargai Izel, maka pasti aku akan menjawab dengan 'iyalah pasti!!!'
Tapi apakah Izel merasa bahwa dia dicintai, dihargai dan diterima oleh kami, orangtuanya?

Catatan penting yang HARUS aku ingat sebagai orang tua adalah, bahwa anak kita menginginkan supaya kita [Buku "Rahasia Mendidik Anak" hal. 88]:

  • Mencintai tanpa syarat
  • Menghargai usaha dan pendapat mereka
  • Menerima mereka apa adanya, terutama saat mereka berada dalam kondisi emosi yang negatif
  • Menghormati dan rukun dengan pasangan hidup kita
  • Menatap matanya saat berbicara dengan mereka
  • Memegang tubuh mereka saat berbicara
  • Meluangkan waktu khusus untuk melakukan suatu kegiatan bersama
  • Berada di sisinya saat mereka menghadapi kesulitan, bahkan untuk kesulitan kecil (menurut kacamata kita) seperti pensilnya macet tidak bergerak saat meraut, membuka plastik makanan atau menggunting
  • Melakukan apa yang kita minta mereka lakukan 

Lalu berbagai peristiwa terputar ulang dalam otak dan benakku. Tentang bagaimana kami [khususnya aku] telah memperlakukan Izel selama ini.

Satu peristiwa terputar. Ketika aku terlalu sibuk dengan kegiatan yang sedang aku lakukan dan tidak mengindahkan Izel yang tengah mengajak ngobrol. Melihat dan mendengarku hanya menanggapi dengan deheman atau sepatah kata 'yaaa' [tapi tetap terus asyik dengan kegiatanku] membuat Izel meninggikan suara dan mendekap kedua pipiku sambil berkata, "Bundaa,... ayoo sini lihat Izel duluu!"

Saat itu aku tersadar.
Untuk kemudian meninggalkan sejenak kegiatan yang tengah aku tekuni dan mendengarkan ceritanya dengan sungguh-sungguh [meski kadang tidak aku mengerti karena Izel masih belum lancar berbicara]. Tapi semoga itu membuatnya merasa bahwa dia dicintai, dihargai dan diterima oleh orangtuanya.

Dok. Maret 2014
OK.
Nanti malam sebelum tidur, aku akan menanyakan apakah dia MERASAKAN kasih sayang kami :)

Yang jelas, pelukan dan ciuman sayangku yang aku pertegas dengan kalimat, "Bunda sayaaang banget ma Izel" yang lantas dia jawab dengan "Izel sayaaangg banget ma bunda" benar-benar membuat aku bahagia berbunga-bunga...

Semoga aku bisa menjadi ibu yang sukses mendidik Izel selamat dunia akherat. Aamiin...



::[]::

Cepatlah besar Matahariku, menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu
[Iwan Fals - Galang Rambu Anarki]


#Parenting
#RahasiaMendidikAnak
#Catatanku
#Izel

Thursday, May 19, 2016

Memberi untuk Mendapatkan Lebih



Setelah sekian lama ga punya kesempatan untuk menulis [dan mengisi blog ini], akhirnya 'kesempatan' itu ada karena 'tunjekan' de Esti di SMC grup.

Jadilah aku tertunjek untuk kembali nulis.

Dan kisah ini aku adaptasi dari tunjekanku pada diri sendiri di hari kedua game #MenarikPelajaranBaikdariKejadianSehari2 yang tengah berlangsung di grup #SuccessMasteryClub

And, here it is...

Kurang dari sebulan yang lalu saya mendapati status seorang sahabat yang merasa mules karena gugup lantaran dia akan menempuh ujian tesis. Singkat cerita, saya menawarkan diri untuk meng-ICT dia supaya dia PD saat menghadapi ujian nanti.

Tanggal 2 Mei selepas ujian, dia mengabari saya bahwa ujiannya lancar dan Alhamdulillah mendapatkan nilai A. Ada perasaan ikut lega dan senang karena kabar gembira itu. 

Pagi ini saya mendapatkan sebuah foto dari dia. Foto halaman ucapan terima kasih pada tesis yang baru saja diselesaikannya.
Pada poin ke 8 dia menuliskan “My old school buddies, Iera, super thanks buat terapi “pede”nya, lenyap sudah jiper dan gugupku. Bla bla bla…”

Wuuhh… tiba-tiba perasaan senang saya bercampur haru.

Kalau saja saya tidak ikut kelas ICT bulan April lalu, mungkin saya hanya membantu dia sebatas mengirim doa seperti yang sudah-sudah. Tapi kali ini saya bisa membantu dia lebih.

Perasaan ini membuat saya semakin sadar, bahwa dengan membantu lebih banyak membuat kita semakin ingin membantu lebih banyak lagi. 
Karena dengan memberi, kita justru mendapat banyak. Dengan memberi lebih, kita mendapat lebih banyak lagi!

Selamat berbagi dan berbuat kebaikan!

Capture BBM dari Novi

Foto Halaman Ucapan Terima Kasih di Tesis Novi
Sudahkah Anda berbuat baik hari ini??


::[]::


#MenarikPelajaranBaikdariKejadianSehari2 
#SuccessMasteryClub
#InstantChangeTechnique
#MenuaiKebaikan

Wednesday, May 4, 2016

Pernahkah Anda Merasa Seperti Ini?




Kok aku mendadak merasa miskin ya?
Karena begitu banyak ilmu yang belum aku pelajari;
begitu banyak amal yang belum aku lakukan;
begitu banyak kebajikan yang belum aku kerjakan;
begitu banyak syukur yang belum aku ucapkan.

Kenapa tiba-tiba perasaan itu muncul?
Karena pagi ini aku telah mempelajari sesuatu yang belum aku ketahui sebelumnya;
aku menyadari amalku masih belum sempurna bahkan ala kadarnya;
aku mendadak menyadari bahwa telah mendapatkan kesempatan berbuat baik tapi aku lewatkan;
karena aku pun menyadari bahwa telah banyak nikmat Allah yang aku dapatkan tapi tidak aku syukuri.

Jika [salah satu saja] jawaban Anda Ya! So let's fight!
Sebab merasa sadar saja percuma.

NIATKAN diri Anda untuk berjuang memberantas kemiskinan yang membelenggu Anda.
IJINKAN diri Anda berjuang menghancurkan kemiskinan tersebut.
Dan LAKUKAN perjuangan itu SEGERA!


Salam Hebat!
We Are A Champion!


::[]::

#Catatanku
#WeAreAChampion




Tuesday, April 26, 2016

Cerita Izel Hari Ini



Aku merasa perlu mendokumentasikan percakapanku dengan Izel hari ini.
Percakapan yang penuh emosional (setidaknya menurutku) antara seorang ibu dengan anaknya yang berusia 3 tahun lebih 3 hari :)

Berawal dari pagi tadi saat aku tengah menyapu ruang tamu. Izel lagi asyik dengan mainannya. Dan karena keinginannya untuk minta ditemani tidak bersambut karena aku menyapu, Izel melempar mainan itu penuh emosi ke lantai. Nah, karena sebelumnya sudah ada perjanjian antara aku dan Izel --- bahwa kalau Izel masih suka berantakin rumah karena melempar-lempar mainannya, mainan itu bakal dibuang bunda -- maka aku sapu lah mainan yang Izel lempar ke lantai. Dan aku buang!!!

[Kesannya aku sebagai ibu kejam banget ya. Tapi alasanku melakukan ini adalah untuk mendidik Izel supaya lebih disiplin dan bertanggung jawab. OK, mungkin sebagian orang berpendapat Izel masih terlalu kecil untuk diberi aturan seperti itu. Mungkin saja mereka benar. Namun, bukankah mengarahkan sebuah ranting lebih mudah daripada mengarahkan batang?]

Lanjut.

Ketika mengetahui mainannya aku buang, Izel menangis.
Dia mengikuti kemana saja aku pergi dengan mengulang-ulang kalimat berikut:
     "Jangan dibuang kok!"
Tapi aku bersikukuh untuk sejenak 'mengacuhkan' protesnya.

Hingga tiba saatnya aku merasa 'cukup' bersikap acuh; aku mendatangi Izel yang saat itu berbaring di sofa (mungkin dia sudah capek mengikuti kemana aku pergi sementara aku cuek saja)

Aku belai kepalanya dengan lembut dan berujar ramah,
     "Izel kenapa?"
Masih dalam isaknya Izel menjawab,
     "Bunda nggak sayang Izel"
Aku membungkukkan badan lebih dekat sebagai ekspresi dari pernyataanku berikut,
     "Heeii, bunda sayang kok sama Izel"
     "Tapi bunda marah" Izel memberi alasan pernyataannya,
     "Enggak, bunda nggak marah..." tepisku lembut
     "Izel jadi nangis niihh" lanjut Izel lucu.

[Sampai sini aku sebenernya geli pengen ketawa denger kalimatnya. Tapi aku mencoba untuk menahan]

Aku tersenyum sambil merengkuh tubuh mungilnya. Memberi gestur kesediaanku menggendong dia.
Izel beranjak menyambut. Aku peluk Izel penuh cinta. Aku usap-usap lembut punggungnya. Mencoba memberinya pengertian agar dia benar-benar paham, bahwa
     "Bunda nggak marah ke Izel. Bunda cuma nggak suka sikap Izel yang lempar-lempar mainan. Bunda sayaaang banget sama Izel. Izel inget kan pernah janji ke bunda nggak akan lempar-lempar mainan? Nah, sekarang Izel mau mainan Izel lagi? Boleh. Tapi janji ya nggak lempar-lempar lagi?"

     Izel mengangguk.

Dan aku masih terus memeluknya erat.
Ada perasaan damai ketika tangannya yang mungil membalas erat pelukku.
Oohh....


::[]::

#Izel
#Parenting

 
Related post about Izel:
"Matahari"ku
Aku, Menjadi Ibu

Saturday, April 23, 2016

'Matahari'ku *



Semalam, -- waktu lihat Izel sedang lelap tidur -- aku tiba-tiba saja menyadari kalau Izel sekarang udah lebih tinggi.
*Haiiisshh, biasah. Penyakit emak-emak yang suka nganggep anaknya masih kecil.

Heii.. Izel sudah tiga tahun loh!!
Izel - sehari setelah lahir
Ga kerasa banget. Rasanya kmaren dia masih bayi deh. Huehehehe, lebay tralala...

Jam segini,--saat aku lagi tulis kisah ini-- 3 tahun yang lalu, aku lagi di kamar bersalin nyoba ngrasain nikmatnya kontraksi *idih.

Tapi aku ga akan cerita gimana proses Izel lahir kok.
Saat ini, aku lebih pengen cerita tentang proses pemberian nama Izel.

OK.
Jadi, sampe saat tuh jabang bayi lahir, emak sama bapaknya belom siap nama. Sehari setelahnya di rumah sakit, waktu lagi di kamar berduaan *si bayi lagi di kamar bayi,...* baru deh mikir mo dikasih nama apa.
Kalo mas Iyar sih dari awal-awal udah bilang ntar semua anaknya bakal dipakein last name 'AMIN' yang merupakan last name keluarga mas Iyar. Dan permintaan berikutnya, namanya harus terdiri dari tiga kata (first, middle, and last).  OK, baiklah. Berarti saat itu kami berdua udah punya satu kata untuk last name-nya *lumayan, udah ga perlu mikir dan nyari lagiii :D

Sekarang, tinggal nama depan dan tengah aja yang harus dicari.

Sambil berbaring, aku bilang ke mas Iyar kalo aku suka banget dengan nama 'ARSA' dan pengen nama itu dipakai. Mas Iyar setuju. Tapi kok aku belum begitu sreg ya? Semisal 'Arsa' kami pakai untuk first name-nya, berarti 'ARSA titik-titik AMIN', atau kalau untuk middle-name-nya, berarti jadi 'titik-titik ARSA AMIN'. Aduuhh... bagus ga sihh???
Izel - 04 Mei 2013

Puter-puter, mikir-mikir. Tiba-tiba cliiiinngg... Aku mendapat ide untuk memadukan nama 'Arsa' tadi dengan kata 'matahari' dalam bahasa Arab yaitu 'Syams'. Maka jadilah 'ARSYAMSI' sebagai middle name matahari kami :)
Kenapa mendadak memilih nama yang memiliki arti 'matahari'?
Ya. Karena aku berharap buah cinta kami akan menjadi matahari yang bisa memberikan banyak manfaat buat alam semesta. Selain itu, bukankah dia lahir tepat jam 12 siang saat matahari begitu terik bersinar? Jadi, pas banget kan?? *hehehehe....

Nah. Tinggal satu kata lagi!
Masih belum ada keputusan Arsyamsi akan kami pakai sebagai first name atau middle name. Kami butuh satu nama lagi untuk kami padukan dengan dua nama yang sudah kami pilih. Dan kami hanya mempunyai waktu seminggu untuk mencari. Karena seminggu setelah matahari kami lahir, kami berencana mencukur habis rambutnya sekaligus memberi dia nama.

Singkat cerita. Setelah berkutat dengan internet untuk mencari referensi nama-nama bayi, kami memilih 'FAZEL' sebagai first name putra kami.

Ada arti apa dibalik nama Fazel?
Sebenarnya nama Fazel kami ambil dari kumpulan nama bayi bahasa Persia yang artinya anak laki-laki yang terpelajar. Jadi jika kami gabungkan nama-nama pilihan kami yaitu Fazel Arsyamsi Amin, maka kurang lebih artinya adalah anak laki-laki terpelajar yang akan memberikan manfaat seperti matahari. Namun belakangan kami tahu bahwa ternyata nama Fazel dalam bahasa Arab mempunyai arti: pemisah antara hak dan batil.

Aamiin Allahuma Aamiin.
Semoga nama yang kami pilihkan -- yang juga merupakan doa kami -- diijabah oleh Allah SWT.


Izel in actions - Doa kami di nadimu
::[]::

Anakku,
Allah telah memahatmu dengan sempurna.
Maka kelak, tunaikan dhuhamu tanpa jeda!


* Fazel Arsyamsi Amin
April 23, 2013 - 12:00 PM
W: 2,7kg - L: 47cm


Cerita tentang Izel yang lain bisa dibaca di:
Aku, Menjadi Ibu

Tuesday, April 12, 2016

Mop. Mopped. Mopping.



Mama menuntut anak-anaknya bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan kurang lebih begini:
"Bukan untuk jaga-jaga kalian besok nggak bisa bayar pembantu,... mama doain anak-anak mama berkecukupan. Tapi seandainya meskipun kalian punya uang buat bayar pembantu tapi nggak bisa dapet pembantu, kalian tetep bisa ngerawat rumah".

Maka tertuntutlah diriku untuk bisa beres-beres rumah.
Dari mulai menyapu, membersihkan perabot, mengepel, mengganti sprei, mengganti gorden, dan beberapa jenis pekerjaan rumah lainnya.

Tapiii,... kalo ditanya jenis pekerjaan rumah apa yang menjadi favoritku; maka aku akan menjawab dengan lantang: Ngepeeeellll!!!!! *sambil tertawa dan bergaya ala pahlawan bertopeng Shinchan huahahahaha...
Nggak tahu ya. Kenapa kok aku suka banget ma pekerjaan rumah satu ini. Kalo alasannya karena sekalian bisa main air -- hmm, nyuci pakaian ma piring juga bisa sambil main air kan?
Ah, tapi sudahlah. Aku bukan mau ngebahas alasan kenapa aku suka ngepel.

Jadi, sejak SMA aku mulai dapat tugas dan tanggung jawab untuk bersih-bersih rumah. Awalnya random. Bergilir. Tapi seiring dengan waktu, tugas membersihkan perabot, menyapu dan mengepel jadi tugas yang diwewenangkan pada Ira seorang *halaahh.
Dan kesukaanku pada pekerjaan ini semakin tinggi setelah aku mendapatkan beberapa tips mengepel dari mas Ilyas* sekitar tahun 2006.

Alat pel Scotch-Brite in pose
OK.
Sebelumnya, mama memang sudah menyediakan dua alat pel di rumah. Satu disediakan khusus untuk mengepel bagian dalam rumah, satu lagi untuk bagian luar. Sengaja dibedakan supaya hasil mengepel di bagian dalam rumah lebih maksimal, karena bagian luar rumah biasanya lebih berdebu dan kotor. [: ini jadi alasan pertama mas Ilyas merasa tertarik untuk bantuin ngepel rumah waktu itu hehehe...]
Alat pel yang mama punya [gapapa ya kali ini nyebut merk :D] adalah alat pel 'si gagang kuning' Scotch-Brite dengan kain pel yang berbahan katun model bulat.

Kenapa pilih yang ini?
Bukan bermaksud untuk promosi atau apa yah,... Cuma memang dari sekian banyak alat pel yang sudah pernah dicoba, alat pel merk ini memang lebih awet bin hemat (karena kuat dan tersedia refill). Sementara alasan pilih model yang bulat supaya lebih memudahkan alat pel tersebut menjangkau bagian yang sempit seperti bagian belakang sofa, bawah meja, atau belakang lemari.

Lanjut bahas tips yang diberikan oleh mas Ilyas ya.

1. Semua orang pasti mengepel dengan cara berjalan mundur. Hal ini dilakukan supaya lantai yang masih basah tidak terinjak dan kotor lagi. Selain berjalan mundur, kebanyakan orang mengepel dengan cara mendorong kemudian menarik alat pel yang digunakan [termasuk aku, saat itu]. Padahal dengan cara seperti itu, debu atau kotoran yang sudah terbawa oleh kain pel akan kembali terdorong di lantai yang sudah dipel sebelumnya. Jadi mas Ilyas memberikan tips, untuk mendapatkan lantai yang lebih bersih, cara mengepel yang benar bukan dengan cara mendorong-menarik alat pel, tapi menggerakkan alat pel seperti menulis angka delapan secara horisontal. Intinya, kotoran yang sudah terbawa oleh alat pel harus dibawa ke arah lantai yang belum dipel.

2. Beberapa orang mengepel dengan membiarkan kain pel masih dalam keadaan benar-benar basah. Artinya, kain pel tidak diperas dengan maksimal. Memang, dengan kain pel yang dibiarkan basah, lantai akan terlihat mengkilat. Namun hal yang perlu dicatat disini adalah, lantai itu hanya mengkilat pada saat lantai masih dalam keadaan basah, karena begitu lantai sudah mengering, lantai yang sudah dipel tersebut malah akan terlihat kusam. Tips dari mas Ilyas, untuk mendapatkan lantai yang mengkilat, justru kita harus memeras kain pel sekering mungkin. Semakin sedikit air yang tertinggal di kain pel, semakin mengkilat lantai yang sudah dipel.

Stock Wipol yang ada di rumah.
3. Untuk pembersih lantai, mas Ilyas tidak membagi tips. Beliau hanya cerita bahwa di rumah, beliau menggunakan wipol sebagai pembersih lantainya. Meskipun tidak harum seperti pembersih lantai yang lain [bahkan cenderung mengingatkan kita pada bau rumah sakit], mas Ilyas lebih memilih memakai Wipol karena lebih kesat/tidak licin. Selain itu, karena Wipol juga mengandung anti bakteri, mas Ilyas merasa lebih aman memakai Wipol sebab beliau memiliki cucu yang masih balita dan suka main di lantai. Tapi, meskipun mas Ilyas tidak menyarankan kami memakai Wipol, toh kami akhirnya beralih memakai Wipol juga sejak itu hehehe.... [kami memilih yang aroma lime/lemon supaya ga terlalu bau rumah sakit :D]

4. Nah, kalau yang satu ini sebenarnya bukan tips; tapi jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh mama waktu itu.
Kenapa saat kita ngepel kadang suka tercium bau amis?
Jawaban dari mas Ilyas: Karena ada remah-remah makanan atau tumpahan minuman seperti susu yang belum tersapu. Remah-remah atau tumpahan minuman itulah yang menyebabkan bau amis. Jadi sebelum dipel, pastikan lantai sudah tersapu dengan bersih.

Mas Ilyas waktu itu sempat cerita bahwa kegiatan mengepel adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan. Aku mengiyakan dan menimpali,
"Setelah selesai ngepel, selonjoran istirahat ngadem ngeringin keringet - sambil menikmati lantai yang udah kinclong ya, Mas?"
Mas Ilyas terbahak dan berujar, "Iya beneeerr! Rasanya puaaasss!!"
Hiyahahaahaha, itulah obrolan paling seru antara dua orang yang doyan ngepel.  Luar biasaahhh emang...

Mendadak teringat bapak waktu memperhatikan aku tengah asyik mengepel.
     "Kenapa, Pak?"
     "Gak papa. Bapak seneng aja lihat Ira ngepel. Kok kesannya nikmat banget"
Waktu itu aku cuma nyengir. Setelahnya aku baru nyadar, bahwa jika kita mengerjakan sesuatu dengan hati yang senang, hasil yang kita peroleh pasti memuaskan!  

::[]::

Thanks to mas Ilyas (Alm) atas ilmu ngepelnya


*mas Ilyas (Alm) adalah adik mbak Beng.
Related Post tentang mbak Beng bisa dibaca di Saat Tahu de Intan akan Menikah 




Monday, April 4, 2016

For My Dearest Best Friend



Sahabat,
Aku belajar banyak dari kisahmu.
Belajar arti berjuang, sabar, ikhlas dan tawakkal.
Belajar untuk selalu yakin akan kebesaran Allah kita.
Belajar senantiasa berbaik sangka dan bersandar pada Sang Pemilik.

Aku akui,
Jika aku berada di tempat engkau berdiri,
mungkin aku tak kan sanggup untuk melangkahkan kaki.
,~ jangankan untuk berlari sepertimu,
berdiri tegak pun aku merasa tak kan mampu.
[Aku rasa kau adalah manusia yang 'terpilih'. 
Bukankah Allah selalu adil?
Dia memberi cobaan sesuai dengan kemampuan hambaNya.
Jika Allah berkehendak memberimu ujian ini, 
itu karena engkau memang pantas dan mampu melewatinya]

Terbukti dari berat dan banyaknya ujian yang Allah berikan padamu,
tak membuat senyum di wajahmu surut.
Bahkan aku masih bisa mendengar tawa dan candamu yang merdu;
tak ada sumbang sedikitpun.
Engkau ikhlas menapaki ujianmu meski harus berdarah-darah.
Engkau senantiasa yakin dan berserah.
Engkau tetap percaya bahwa Allah memberi ujian ini karena cintaNya.
Sungguh!
Aku menangkap radar ketegaranmu!
[~ tapi tahukah kau, aku disini merasakan pilu menyaksikan ketegaran itu?]

Dan aku hanya berani berbagi dengan Cintaku.
Meluapkan segenap emosi yang sesak karena kisahmu.
Meski semula Cintaku hanya tersenyum,
namun kisah terakhirmu
membuat Cintaku menendang angin.

Sahabat,
Walau telah berulang aku ucapkan terima kasih,
aku masih merasa belum cukup.
Karena begitu besar nilai pelajaran yang kau bagikan.
Maka sekali lagi,
Terima kasih untuk datang bersandar padaku
setelah kau puas mengadu pada Sang Maha.
Terima kasih untuk mau berbagi
dengan memberiku pelajaran yang sangat berharga.
Ingatlah satu hal.
Sebatas kemampuanku,
aku ada untuk tempatmu bersandar.



::[]::


#ForMyDearestBestFriend
#MerangkaiKata
#HanyaAkuYangTahu

Wednesday, March 23, 2016

Gadget vs Mantan



Tema tauziah yang disampaikan oleh Ust. Wijayanto di acara milad YDSF ke-29 di AJBS, Minggu 20 Maret 2016 kemarin adalah "Keluarga Penuh Cinta Keluarga Ahli Surga". Beberapa poin penting sudah aku catat. Beberapa aku garis-bawahi. Tapi, ada satu kalimat yang menggelitikku, meski sebenarnya bukan baru pertama kali aku mendengar kalimat itu. Kalimat [yang laksana iklan] itu adalah: "Gadget. Menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh".

Kenapa kalimat itu menggelitikku?

Ada dua sebab.

Pertama, aku ingat perbincanganku dengan Wulan beberapa bulan yang lalu. Perbincangan iseng tentang bahaya pesona para mantan yang kadang masih tetap terkenang. Dan semakin meningkatkan alert bahaya karena sekarang ada gadget yang membuat kita jadi lebih mudah 'terhubung' dengan para mantan. Woohoohoo,...

Kedua, aku jadi teringat pesan dari mas Be, -- rekan di tempat kerja dulu.
Waktu itu mas Be bilang: 'Ir, kamu mesti inget satu hal yaa... Ntar kalo kamu udah merit, rival terberat kamu adalah mantan pacar suami kamu' *Sayangnya waktu itu aku lupa tanya, apakah itu juga berlaku sebaliknya? Maksudnya, rival terberat suamiku ntar adalah mantan pacarku. Hihihi...

Maaf ya, kalo bahasan ini agak panjang. Rada seru soalnya...

Catatan penting yang aku tulis dari tauziah Ust. Wijayanto [note: dengan bahasaku sendiri] adalah sebuah pernikahan hendaknya didasari oleh ikatan ibadah, bukan ikatan yang lain. Jika kita meniatkan sebuah pernikahan sebagai bentuk ibadah Lillahi ta'ala, insyaAllah kehidupan keluarga penuh cinta dan keluarga ahli surga bisa kita dapatkan.

Perceraian dan perselingkuhan seringkali terjadi karena (1) kurangnya amalan kebersamaan dalam sebuah keluarga sebab masing-masing pasangan larut dengan kesibukannya, (2) berdandan bukan untuk dinikmati oleh pasangannya, dan (3) adanya disharmoni dalam hubungan suami istri.

Disini aku bersyukur karena (1) aku masih bisa melakukan amalan kebersamaan dengan mas Iyar ditengah kesibukan kami, (2) kami sama-sama bukan orang yang suka 'dandan', artinya kami jauh terhindar dari 'tuduhan' berdandan bukan untuk dinikmati oleh pasangannya, hehehe,... dan (3) insyaAllah tidak ada rahasia diantara kami. [Note: Ust. Wijayanto menyebutkan salah satu bentuk 'rahasia' adalah pemakaian password pada gadget, sementara masing-masing dari kami saling tahu password yang kami pakai].

Balik lagi bahas masalah mantan.

Kebetulan hari ini, di grup multichat yang aku ikuti, ada yang nyeletuk tentang pesona mantan. Maka ikut nimbrunglah daku. Dan eng-ing-ing... kesimpulan akhir dari sekian panjang chat yang kami lakukan, ternyata kami semua pernah ga bisa melupakan pesona sang mantan!!!
Kami pernah 'jalan di tempat' karena selalu membandingkan pasangan baru kami dengan mantan yang kami anggap 'sempurna'. Kami pernah naif - merasa 'sok tahu' - siapa yang terbaik buat kami.

Tiba-tiba aku teringat kisah seseorang yang masih tetap tidak bisa melupakan pesona sang mantan. Sampai ketika anaknya lahir, nama sang mantan diabadikan menjadi nama anaknya.
Kisah lain lagi, seseorang yang masih diam-diam mengikuti kehidupan sang mantan melalui jejaring sosial, lalu diam-diam pula memendam iri terhadap kebahagian sang mantan [harusnya yang bahagia di samping lu tuh gueee.... *sambil mewek]
Juga kisah 'haru' tentang seseorang yang gara-gara gadget jadi ketemu ma mantan, trus membiarkan cinta yang sudah layu itu bersemi lagi *CLBK oh celebek celebek.

Hmm....
Pertanyaanku terjawab sekarang.
Ternyata pesan mas Be berlaku juga sebaliknya. Bahwa rival terberat suami adalah mantan pacar istri. Hahahaha... *Mas Be? Mana mas Be?

Dari kisah-kisah itu, aku teringat lagi dengan tauziah Ust. Wijayanto yang menyinggung masalah 'Baiti Jannati - Rumahku Surgaku'. Maksudnya adalah jika kita menciptakan suasana rumah seperti surga, insyaAllah semua 'godaan-godaan' kejam yang merusak kebahagiaan rumah tangga akan bisa terhalau. Apalagi kalo cuma godaan mantan!
Jangan jadikan gadget atau kemajuan teknologi sebagai 'kambing hitam' yang kita tuding sebagai penyebab perselingkuhan. Halooo, penyebab utama adalah hati kita sendiri bukan? Kalo kita bisa menjaga hati, insyaAllah perselingkuhan itu tidak terjadi.

Kalo saja para istri tahu bahwa begitu berat hukuman Allah terhadap seorang wanita yang telah bersuami kemudian berselingkuh, ~sebab dia mempunyai kewajiban menjaga martabatnya sebagai seorang istri. Dan kalo saja para suami tahu bahwa ketika dia mengucapkan ikrar saat menikahi seorang wanita, dia mempunyai kewajiban untuk membahagiakan wanita yang dinikahinya, ~haram baginya menyakiti wanita yang sudah menjadi istrinya, sementara perselingkuhan yang dia lakukan sungguh teramat menyakitkan bagi sang istri.

Sudah. Cukup kiranya hanya kisah-kisah itu yang terjadi. Semoga, keberadaan gadget dan mantan kita tidak merusak kebahagiaan rumah tangga yang kita bina. Cukuplah gadget sebagai media silaturahmi untuk hal yang umum saja dengan mantan kita. Selebihnya, jangan!




You might also like this post:

Sometimes Love Just Ain't Enough
SERONG

::[]::


#Catatanku :
Bp. Syaifullah Yusuf atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Ipul [wakil gubernur Jawa Timur] yang hadir sebagai tamu undangan di acara Kaafah YDSF Minggu kemarin, juga sempat menyampaikan bahwa "Secara tidak kita sadari, saat ini kita sedang membentuk generasi yang menunduk. Menunduk disini bukan berarti menunduk karena hormat, tapi karena sibuk dengan gadget masing-masing"
[Oooppss!!!]




Tuesday, March 22, 2016

Mata. Baca. Kaca




Kata Novi, wajah boleh aja imut. Tapi mata ga bisa nipu.

Usia seseorang bisa dilihat dari cara dia baca.

Alias kalo udah kepala empat, cara baca kita pasti... sreeett... media baca dijauhin dari mata atau kepala ditarik menjauh dari media baca karena mata udah rabun dekat. Hahahaha....

Dan taraaaa.... aku pun [akhirnya] mengalami kejadian bersejarah ituu!!!

Jadi, judul "Mata. Baca. Kaca" itu maksudnyaaaahh: 
MATAku kalo dipake BACA jadi berKACA-kaca karena pedih. Itu artinya MATAku kalo mo dipake BACA udah butuh KACAmata. Hihihihi....

Awalnya aku bertahan ga mo pake kacamata. Cari cara gimana supaya mata bisa normal lagi karena aku emoh tergantung ma kacamata. Berbagai macam tips aku lakukan demi mendapatkan mata normal kembali. Hasilnya? Ada sih. At least aku ga perlu sampe ngrasa puyeng yang teramat sangat sampe muntah-muntah lagi. Tapi siapa yang bisa nolak mata tua? Meski aku udah nyoba berbagai macam usaha, tetep aja aku ga bisa menghindari kerabunan itu.

Akibatnya, sejak susah baca karena rabun dekat yang melanda, kegiatan bacaku jadi terhambat. Majalah rutin bulanan yang biasanya selalu aku babat habis ga lama setelah majalah itu datang,-- boro-boro aku baca, -- aku buka halamannya aja udah males cos tulisannya bikin aku puyeng.

Begitu juga nasib para buku yang aku beli. Beberapa aku baca dengan jangka waktu yang super lama. Aku perlu bantuan senter saat baca untuk bikin tulisannya terbaca dengan jelas. Sementara beberapa yang tersisa harus bersedia hanya aku tumpuk berbulan-bulan tanpa aku sentuh *kasihaann...

Tapiii....
Setelah akhirnya aku nyerah dan terpaksa beli kacamata baca, aku keluarin deh tuh semua buku yang aku beli dan belum sempet aku baca. Aku kumpulin dan aku tumpuk jadi satu di atas lemari kecil di kamar dekat jendela. Di atas tumpukan itu ada tulisan imajiner yang terpampang lugas: 'SIAP DIBACA'. Sementara di kepalaku sudah ada rencana 'gila' untuk jadi sering ke toko buku lagiii... Hahahahaa....

Hikmah yang aku petik dari kisah rabun dekat ini adalah bahwa kita tidak akan pernah bisa melawan "UMUR". Karena meski aku berusaha dengan bermacam cara untuk tidak acuh pada kondisi mataku yang menua, toh akhirnya umurlah yang menang. Meski aku bertahan tetap 'sok imut', mataku tetep aja nunjukin kalo aku udah ga imut lagi. Hehehehe....

Baiklah.
Mulai saat ini, ada sebentuk benda lagi yang selalu aku tenteng kemana-mana.
Karena "Mata. Baca. Kaca", aku perlu "Kaca. Mata. Baca"


::[]::


#KacamataBaca
#RabunDekat







Friday, March 18, 2016

Hijauku, Birumu dan Sang Merah



Hijau ini [sebenarnya] sudah [mulai] menguning.

Dan semakin menguning kala aku mendengar Sang Merah menyenandungkan lagu cinta.
Melantunkan liriknya yang lantas begitu saja memupuskan Birumu.
Padahal sekian ribu malam aku lewati untuk menggerus Hijau ini ~dan kurasakan sia-sia.
[: Ah, apakah mungkin sebab aku terlalu larut dalam Birumu? Entahlah!]

Dan ketika Sang Merah tiba-tiba menyapa dan bercerita, kemudian bernyanyi,
~seolah mempertontonkan sebuah opera dengan cerita yang sungguh membeliakkan mata.
Aku terkesima.
Ada gelak yang tersedak [: Hahaha, ternyata aku tertipu]. Menertawakan sumbang sebuah kebodohan yang baru tersadari.  [: Hey! Kemana sajakah kau selama ini?]
Nanar tatapanku mengharu kala aku kembali lekat menatap lembar demi lembar halaman yang tergambar.

     Sungguh!
, aku mendapati diri begitu kerdil. Oleh keterpedayaanku pada Birumu yang memukau.

Namun opera Sang Merah begitu merdu.
Sehingga aku mulai menari. Berhula-jampi-jampi diteriknya sinar bulan. Menengadah pada gemintang yang bertabur menyingkap hitam sebagai tanda syukur atas ketersadaranku
[: Kau lihat? Akulah sang pemenang!]

Kencang aku berteriak. Sekencang hembus angin yang tak sanggup menggerakkan dedaunan. Menghancurluluhkan sisa-sisa Hijauku yang berpadu dengan Birumu. Mencampurnya dengan Sang Merah sehingga menjadi Kuning.

Dalam senyum kemenangan aku mengucap selamat tinggal.

Pada Birumu,
~sebab opera Sang Merah semakin menguatkan Kuningku.

Pada Hijauku,
~sebab Hijauku ada karena keberadaan Birumu.

Namun akan kubiarkan Birumu tetap tersimpan sebagai bagian dari warna yang kukenang.
Hingga aku menemukan Biru lain untuk melengkapi warnaku.
Untuk kemudian berpadu.
Satu.
Menjadi Putih.


____________________________________
NOTE:
Warna Primer adalah warna yang tidak dapat dihasilkan dari warna-warna lainnya. Terdiri dari tiga yaitu: BIRU, MERAH, dan Kuning

Warna Sekunder adalah warna yang dihasilkan dari perpaduan dua warna Primer:
Biru + Merah = Ungu
Biru + Kuning = HIJAU
Merah + Kuning = Orange

Warna Tersier adalah warna yang dihasilkan dari perpaduan satu warna Primer dan satu warna Sekunder.

Seluruh warna yang ada jika dipadukan akan menjadi warna PUTIH
Dan HITAM [menurut Miss Wiki] disebutkan sebagai ketidakberadaan warna/cahaya.

::[]::



#MerangkaiWarnaDalamCerita
#PerpaduanWarna
#HanyaAkuYangTahu

Wednesday, March 16, 2016

Aku, Menjadi Ibu



Baca status FB seorang teman yang begitu happy karena dari hasil USG dia tahu bahwa calon bayinya berjenis kelamin laki-laki, membuat aku menarik bibir untuk tersenyum.

Jadi inget waktu hamil Izel :D

Tahu hamil gara-gara celetukan Rina waktu aku curhat,
     "Kok sekarang aku jadi ngantukan ya, Rin?"
     "Hamil kali, Ir?"
     "Idiiihh, sok tauuu.., Dimana-mana orang hamil mah tanda-tandanya mual, bukan ngantuk!" jawabku lebih sok tahu.
Tapi ternyata Rina yang bener eh. Karena setelah aku test pake test pack beberapa hari kemudian, hasilnya positif.

Lalu sejak itu, mulailah banyak kejadian 'aneh' yang aku alami.

Aku jadi ga betah ma cuaca panas. Padahal tahu sendiri gimana hot-nya Surabaya apalagi menjelang akhir tahun. Jadilah aku bak tokoh silat Pendekar BerKipas karena kemana-mana selalu bawa kipas. Soalnya, kalo aku ngrasa kepanasan trus ga buru-buru kena hawa dingin, aku mendadak puyeng trus muntah. Aku juga tiba-tiba aja merasa mual dengan segala jenis wangi-wangian cewek [terutama wangi salah satu produk kosmetik berinisial 'O']. Mulai wangi bedak, body spray, parfum, hand body, bahkan sabun kecantikan macem Lux dkk bisa bikin aku eneg. Alhasil selama hamil, aku ga pernah bedakan, ga pernah pake lipstik, ga tersentuh hand body, dan cuma bisa pake sabun kesehatan macem Dettol, Lifebuoy atau Nuvo.
Hahaha... kayanya aku bermetamorfosis menjadi cowok. Karena sejak itu juga, aku sama sekali ga peduli dengan penampilan. Bahkan tetep cuek waktu mas Iyar -- suami tercinta -- dengan tulusnya bilang: "Cinta jelek banget!" *lol

Soal makan juga gitu.
Selama hamil aku mendadak doyan pepaya dan ga doyan ma sate ayam. Sama kerupuk yang biasanya hampir selalu jadi temen makan, selama hamil berasa kaya musuh. Tiap malem manjaa banget minta dipijitin mas Iyar karena suka berasa capek, sampe mas Iyar jadi paham bagian mana yang harus dipijit supaya capeknya ilang. Waktu aku puji makin lama pijitannya makin enak, mas Iyar becandain, 'Eh, aku punya ide. Gimana kalo aku buka usaha 'Pijit khusus Ibu-ibu Hamil'. Bwahahahaha....

Yang pasti, aku merasa ajaib.
Membayangkan ada sebuah makhluk bernama bayi dalam perutku.
Merasakannya Bergerak. Hidup. Tumbuh.
Mendadak suka berandai-andai dengan membayangkan bagaimana wajah bayiku saat nanti dia lahir.
Membayangkan bagaimana sibukku mengurusnya.
Membayangkan akan mengalami hal-hal luar biasa yang selama ini bahkan terbayang saja tidak.

Bulan depan, April tanggal 23, Izel genap berusia tiga tahun.

Hampir tiga tahun yang lalu, hari Senin, 22 April 2013, saat aku merasa sakit pinggang ketika berangkat ke kantor, aku mengelus perutku dengan lembut,
     "Jangan lahir dulu ya, Nak. Dokter Tjuput masih ke Padang. Baru Jumat ntar balik Surabaya"
Tapi siapa yang berhak menentukan kelahiran seorang bayi selain Allah?
Meski Izel diprediksi lahir tanggal 15 Mei 2013, toh dia 'berontak-minta-lahir' lebih awal.

Pagi dini hari, 23 April 2013 pukul tiga, ketubanku pecah.
Izel lahir normal tepat pukul 12 siang dengan tangis yang kencang. Alhamdulillah.

Sejak saat itulah, statusku berubah.
Aku, menjadi Ibu :)


::[]::


#Alhamdulillah #FeelAmazing
#MenjadiIbu #Izel



Thursday, March 10, 2016

Saat Tahu De Intan akan Menikah



Aku masih menangis setiap mengingat kejadian itu meski sudah berselang sepuluh tahun yang lalu.
-- Saat ketika bunda [didampingi mas Ipri] mengajak aku 'bicara' tentang pernikahan de Intan.

Bukan!
Bukan karena aku tidak suka de Intan menikah lebih dahulu. Bukan itu!

Memang. Ketika awal mendengar rencana pernikahan de Intan, ada perasaan perih [Aduuh, aku dilangkahin]. Hal lumrah [menurutku] yang akan dirasakan oleh seorang kakak jika mengetahui adiknya akan menikah lebih dulu. Tapi Alhamdulillah, insyaAllah aku ikhlas menerima kenyataan itu.
Namun perasaan perih yang hanya beberapa hari aku rasakan tak kunjung pulih justru lantaran sikap bunda yang merasa 'kasihan' padaku.
Jujur saja aku jengah!

Bunda -- dengan alasan tidak mau menyakiti perasaanku -- secara sembunyi-sembunyi mengurus segala hal untuk persiapan pernikahan de Intan. Dengan alasan menjaga perasaanku, bunda tidak melibatkan aku dalam urusan persiapan pernikahan de Intan. Sewa gedung, mengurus catering, menghubungi perias, semua dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Hingga akhirnya tiba saat bunda memutuskan untuk mengajak aku 'bicara' karena merasa sudah waktunya perlu melibatkan aku dalam proses persiapan pernikahan itu.

Malam itu. Di kamar bunda.
Hanya ada kami bertiga. Aku, bunda, dan mas Ipri.
Bunda memulai pembicaraan itu dengan maksud supaya aku tegar dan menerima kenyataan meski mungkin pahit. Aku hanya bisa mendengarkan dengan kepala tertunduk.
     Sampai saat mas Ipri bertanya dalam bahasa Jawa,
     "Wis, saiki ngomongo opo sing mbok rasakno"

Mendengar pertanyaan itu. Hatiku mencelos. Ada yang sesak dan ingin menerobos keluar namun terhalang. Saat itulah air mataku menetes.
Bunda panik. Mungkin bunda menganggap aku tidak ikhlas menerima kenyataan itu dan akan mengajukan protes.
   
Melihat aku belum menjawab, Mas Ipri mendesak dengan lembut,
     "Ngomongo, ojok dipendem dhewe"
Bunda dengan lembut ikut mendesak juga,
     "Apa yang Ira rasakan?"
Sekuat hati aku memaksa menjawab meski leherku tercekat. Hingga lirih aku berujar,
     "Ira takut, Ma" suaraku bercampur isak dan sesak
     "Wedi? Wedi opo??" Mas Ipri heran. Begitu pula bunda meski tak terucap.
Dan aku semakin tidak bisa menahan perasaan. Air mataku kian tak terbendung. Tumpah.
     "Ira takut kayak mbak Beng*,...." jawabku akhirnya.

Bunda terpekik,
     
     "Ya Allah.... Astaghfirullah! Istighfar nak! Mana ilmu agama yang selama ini Ira pelajari? Istighfar!"
   
Aku yang sudah terbawa emosi seolah tak mempedulikan pertanyaan bunda. Aku terus meluapkan perasaanku,
     "Mama punya mas, Ira dan ade. Mas Ipri punya Ici**, de Intan sebentar lagi nikah. Ira sendirian. Ira ga punya siapa-siapa. Ira takut. Ira ga mau kaya mbak Beng"

Tangisku semakin deras. Begitu pula isakan bunda.
Bahkan saat kemudian mas Ipri merengkuhku. Memelukku erat dan menghiburku dalam isaknya,
     "Koen duwe mas de. Koen sik duwe mas! Wis yo, Cup. Wis, ga usah wedi!"

Sungguh.
Aku masih bisa merasakan aura kejadian itu sampai sekarang.
Bagaimana usaha bunda untuk menguatkan aku, meski aku tahu sebenarnya saat itu bunda juga rapuh. Pun bagaimana kasih sayang mas Ipri yang terlihat dari tetesan air matanya untukku.
Aku masih bisa merasakan!



::[]::


_________________________
*mbak Beng adalah keponakan bunda yang masih single sampai beliau menutup mata
** Ici adalah putra semata wayang mas Ipri



#Kenangan
#ILoveYouMom #Mama
#MyBrother
#MySister

Tuesday, March 8, 2016

Seperti Ikan Laut



Aku ingat sekali.
Saat aku diinterview -- untuk tes masuk perusahaan tempat aku bekerja sekarang ini -- dan interviewernya memberi pertanyaan: "Sebutkan satu kata yang menggambarkan bagaimana Anda!" -- Aku dengan cepat dan yakin menjawab: "Sabar!"
Jawaban yang membuat sang interviewer terbelalak dan berseru: "Oyaa??"  untuk kemudian melanjutkan dengan pertanyaan: "Dari skala 1-10, sebutkan skala berapa kesabaran Anda!"
Lagi-lagi jawabanku: "Delapan" yang aku ucap dengan tegas membuat interviewer itu terkesima.

Ya!
Aku bisa menjawab secepat, seyakin dan setegas itu, karena SAAT ITU aku dikenal dan mengenal diriku sebagai orang yang sabar. [FYI: kesabaran itu aku peroleh dan aku pelajari dari ayahanda *Terima kasih, Pak. You are the best teacher]

Hm? Saat itu?
Berarti sekarang sudah enggak? *blushing sambil nyengir luebarrr...

Sebelum aku lanjutkan, aku akan memberikan sedikit gambaran tentang lingkungan tempat aku bekerja. OK?
Aku bekerja di sebuah perusahaan perorangan dengan satu pemilik dan aku adalah satu-satunya pegawai di perusahaan itu. Jenis pekerjaan yang aku geluti -- yang bekerja berdasarkan deadline, -- membuat atasanku sering senewen, panik, dan uring-uringan, karena klien-klien kami rata-rata tidak kooperatif dan peduli tentang deadline. Sikap tersebut, yang disertai pula dengan ucapan penuh sumpah serapah -- yang begitu sering aku dengar, dan diperparah dengan hanya akulah satu-satunya orang yang mendengar segala sumpah serapahnya setiap detik-detik mendekati deadline -- membuat tingkat-kesabaran-dengan-skala-delapanku itu terkikis.

Aku sudah terkontaminasi 'virus-negatif'-nya!
Apalagi ternyata tidak hanya aku yang 'merasakan' hal itu. Orang-orang disekitarku -- yang semula mengenal aku sebagai orang yang sabar -- juga merasakan perubahan yang sama. Saat itulah alarm 'wah-ini-ga-bener'ku berbunyi nyaring sekali. Ada perasaan 'tidak terima' karena 'kehilangan-kesabaran'. Perasaan itu kemudian menuntutku mencari 'sesuatu' yang bisa mengembalikan sabarku!

Lantas, aku bergabung di Success Mastery Club yang didirikan oleh Bp. Ariesandi. Berkumpul dengan orang-orang hebat dan belajar banyak hal disana setiap dua minggu sekali. Setiap hari mendapatkan suntikan semangat melalui grup tanpa henti. Menyerap segala hal positif yang diberikan dan dibagikan dengan cuma-cuma. Hingga aku merasa berhasil sedikit demi sedikit mengembalikan sabarku yang sempat hilang.

Saat ini, aku dalam proses belajar untuk [lebih] meningkatkan kesabaran. Aku menyadari bahwa aku setiap hari berinteraksi dengan lingkungan negatif. Maka aku membekali diri dengan selalu berpikir dan bersikap positif. Aku tidak mau terkontaminasi lagi. Aku tidak bersedia tertular lagi.

Aku ingin seperti ikan laut. Yang tidak asin meskipun berada di air asin.


::[]::


#SuccessMasteryClub
#BecomeALeader
#Sabar



Thursday, March 3, 2016

Sudah Tugas Setan



Pagi ini chat dengan teman tentang beberapa hal.
Dari mulai bahas tentang kejadian yang kemarin dia alami di kantor, puisi terakhir WS Rendra sebelum dia berpulang, sampai akhirnya bahas tentang 'tugas setan'.
[Hehehe, cewek kalo udah chat adaaa aja yang dibahas yaa...]

Lah kok terus ujung-ujungnya bahas tentang tugas setan itu gimana?

Iyya, jadi ceritanya sang teman ini kemarin dapat musibah *uangnya hilang di kantor. 1/3 dari gaji yang mau disetorkan ke bank untuk ditabung dan dia simpan di laci, raib saat dia sholat Dzuhur.
Teman ini mengikhlaskan kehilangan itu karena dia tahu bahwa memang sebagian dari harta yang dia miliki adalah hak orang lain. Jadi dia menganggap kehilangan itu sebagai bentuk sedekahnya.

She said:
"Ya wes, anggep aja bukan rejeki. Anggep itu hak orang lain biar ga nyesel"
"Alhamdulillah aku ikhlas, semoga bermanfaat buat yang ngambil"
"Innalillahi aja, semua dari Allah dan akan kembali kepada Allah"

Wohohoho... Keren yah :)

Dari situ bahasan kita berlanjut ke puisi terakhir WS Rendra yang notabene membuat sang teman selalu ingat 'Innalillahi', selalu ingat bahwa semua yang kita miliki adalah titipan.
Aku menimpali,
"Iya ya, kita lupa bahwa sebenernya kita ga punya apa-apa. Bahkan nyawa dan raga kita ini pun cuma titipan"
Dia mengimani.

Lalu mulailah bahas soal tugas setan.

Sebelumnya sang teman bilang bahwa kita butuh apapun untuk mengingatkan kita supaya iman kita tidak luntur. Salah satunya dengan berkumpul sama orang-orang sholeh supaya selalu diingatkan ke jalan yang benar. Aku setuju karena sebagai manusia, kita merupakan ladang khilaf. Kalau kita berbuat dosa, jangan salahkan setan yang sudah menggoda.
[Saat pembahasan inilah aku terkenang wejangan Bp. Ust. Rofiq waktu ada pelatihan di Batu Malang: Jangan mengkambinghitamkan setan yang menggoda manusia, karena memang sudah tugas setan menggoda kita. Dan keinginan setan untuk menggoda manusia itu sudah diijinkan Allah. Kita justru harus 'belajar' dari setan yang dari dulu sampai sekarang komit dengan janjinya untuk selalu menggoda manusia. Iya loh. Setan itu merupakan makhluk Allah yang menepati janji, Manusia kalah kalau soal itu. Kalau manusia seringnya janji ke gusti Allah mau tobat tapi tetep aja bermaksiat. Hahahaha...]

Jadi kesimpulan dari chat pagi ini, kita sebagai manusia harus mempertebal iman supaya tidak tergoda oleh setan. Sebab setan dengan tipu dayanya akan selalu berusaha melenakan manusia sampai akhir jaman.
Karena itu sudah tugas setan!


::[]::

#Sedekah
#IndahnyaBerbagi
#MempertebalIman

Wednesday, March 2, 2016

Sometimes Love Just Ain't Enough


Ketika seorang wanita akhirnya menjatuhkan pilihan pada pria mapan sebagai pendamping hidupnya, saat itu dia berpikir berdasarkan logika.

Hidup hanya dengan cinta aja ga cukup mas bro!!

Dibilang materialistis or matre??
*hellooww,.. masa mo beli beras pake cinta? Please deh!!!

Jadi, waktu ada temen cewek yang menolak cowok dengan alasan tuh cowok pekerjaannya-ga-jelas *slaen alasan lagi dideketin cowok yang lebih mapan juga* aku bisa paham [pake banget].

Tapi menurutku, selama pria itu adalah tipe pria yang bertanggungjawab, kayanya ga masalah. Seorang pria yang gigih dalam mencari rejeki dengan cara halal untuk memenuhi kesejahteraan rumah tangganya ga akan 'dibiarin' oleh Allah. Rejeki kan ada di tangan Allah. Allah sudah menjanjikan rejeki untuk tiap-tiap umat -- Dan Allah tidak akan pernah ingkar!
Kita ga pernah tahu nasib seseorang di masa datang. Bisa aja saat ini dia ada di tingkat yang lebih rendah dibandingkan orang lain, tapi mungkin Allah akan mendatangkan banyak rejeki buat dia di masa datang yang membuat dia ada di tingkat tertinggi.

Bener kaann?

Cumaa... 'Sometimes Love Just Ain't Enough' itu suka bikin para wanita [terutama yang sudah berumah tangga] LUPA bahwa pemberi rejeki yang sebenarnya adalah Allah.

Ketika suami 'hanya' memberi penghasilan yang 'ala kadar'nya, istri suka 'menuduh' suami yang kurang usaha lah, kurang bisa melihat peluang bisnis lah, ga becus kerja jadi cuma dapat gaji sedikit lah dan 'tuduhan-tuduhan' lainnya [*Astaghfirullah... semoga kita terhindar dari sifat seperti itu, Aamiin]
Dan itu membuat para wanita tersebut LUPA PULA untuk bersyukur. Bukankah meskipun sedikit rejeki itu datangnya dari Allah?

INGAT. Allah selalu mencukupi. Allah tidak akan membiarkan hambaNya [yang bersyukur] hidup dalam kekurangan, karena Allah tidak pernah MEMBUAT hambaNya kekurangan. Yang sering terjadi adalah hamba itu sendiri yang MERASA KURANG. Karena apa? Yaa itu tadi,... karena kurang bersyukur! Kok bisa kurang bersyukur? Karena mayoritas manusia menganggap bahwa rejeki itu berupa materi!

Mereka [lagi-lagi] LUPA, bahwa Allah sudah memberikan begitu banyak nikmat [baca: rejeki] pada mereka.
Ketika kita bisa bernafas dengan gratis tanpa harus mahal-mahal beli oksigen, bukankah itu merupakan rejeki?
Ketika kita bisa tidur nyenyak karena berada dalam rumah yang nyaman sementara banyak orang tidur beratapkan kardus, bukankah itu merupakan rejeki?
Ketika anak-anak kita tumbuh menjadi anak sholeh/sholehah, pandai, menjadi kebanggaan orang tuanya, bukankah itu juga merupakan rejeki?

Tapi emang bener, Sometimes Love Just Ain't Enough!
Jangan bilang CINTA pada Allah kalau dalam kehidupan kita masih saja mengingkari nikmatNya!
Karena cinta butuh pembuktian!


::[]::



#AyoIntrospeksi
#SelfReminder
#BelajarBersyukur

Saturday, February 27, 2016

Tolong Baca Tulisan Ini! Please, Saya Mohon!



Karena di sini saya ingin meluruskan 'kecerobohan' yang pernah saya buat.

Jika Anda pernah membaca tulisan saya dengan judul 'My Wedding [Behind the Scence]', maka saya mohon, teruskan membaca tulisan ini sampai selesai.

Tulisan itu saya buat kurang lebih satu setengah bulan SETELAH SAYA menikah.
[Please NOTE: Saya menikah 11 September 2011 sementara tulisan itu saya buat dan publish 21 November 2011]. Maka jika Anda baca dengan seksama, di akhir tulisan itu Anda akan mendapati kalimat:

'HARI ini, belum genap sebulan usia pernikahanku'

Karena memang, kisah dalam tulisan itu bukan kisah saya.

Pada saat menulis kisah itu kemudian mempublikasikannya, saya [sama sekali] tidak mempunyai pikiran, bahwa tulisan itu bisa dan akan menjadi fitnah bagi saya. Sebab, saya merasa bahwa blog saya HANYA AKAN dikunjungi oleh orang-orang yang dekat dengan saya -- yang notabene mengetahui dengan pasti kisah pernikahan saya yang sebenarnya.
Sama sekali tidak pernah terpikir bahwa [nantinya] TIDAK SEMUA pengunjung blog saya adalah orang-orang yang BENAR-BENAR mengenal dan mengetahui kehidupan dan kisah pribadi saya.

Ketika ada seorang teman yang membaca tulisan tersebut dan mengirim pesan,
"Ya ampun Iiirr,... aku sampe shock. Hah? beneran Ira ngrasa gini?? Tapi setelah baca kalimat 'belum genap sebulan' itu, aku jadi ngeh kalo cerita itu ga bener"

[Saat itu] saya tertawa geli.
Namun setelah waktu berselang dan saya mengetahui bahwa judul tersebut merupakan 'Popular Post' tertinggi yang artinya paling sering dibaca oleh pengunjung blog saya, saya mulai gelisah.

Mengapa?

Karena saya tidak bisa tahu siapa saja yang sudah membaca kisah itu. Kalau teman dekat saya saja [sempat] merasa tertipu mengira bahwa kisah itu adalah kisah saya, bagaimana dengan orang lain yang HANYA SEKEDAR LEWAT membaca dan jelas tanpa [merasa perlu bersusah-susah] mengkonfirmasikan kebenaran kisah itu setelahnya??
Bukankah mereka akhirnya beranggapan bahwa kisah itu adalah kisah saya??

Astaghfirullah....
Saya, TANPA SADAR telah memfitnah diri sendiri!!!
Saya telah mendzolimi diri sendiri dan orang-orang yang terlibat dalam kisah itu.
*Semoga Allah berkenan mengampuni khilaf ini...

Maka tulisan ini merupakan permintaan maaf saya pada:
1. Diri saya pribadi -- Karena telah ceroboh menulis sesuatu yang menjadi boomerang buat saya
2. Suami saya tercinta -- Karena telah membuat orang lain menganggap tidak pernah ada cinta diantara kami
3. Para pembaca -- Karena telah membuat Anda beranggapan seperti apa yang Anda anggap

Mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Selanjutnya, saya berjanji akan menuliskan kisah 'My Wedding [Behind The Scene]' saya yang sebenarnya.

Terima kasih telah membaca tulisan ini sampai selesai.

Salam,
Iera

::[]::

Belajar Bijak dalam Menulis

Tuesday, February 16, 2016

THINK Positive and FEEL Positive



Setiap orang pasti punya keinginan. Dan untuk mewujudkan keinginan itu diperlukan sebuah usaha. Salah satu usaha untuk itu adalah KEYAKINAN. Keyakinan disini adalah PEMIKIRAN POSITIF bahwa KITA BISA mewujudkan keinginan itu.

Pengetahuan tentang betapa hebatnya berpikir positif pasti sudah sering kita baca atau dengar.
Tapi, INI HARUS diperhatikan!
Bahwa ternyata selain BERPIKIR positif, MERASA positif juga perlu, karena jika pikiran kita sudah positif tapi perasaan kita masih negatif, hasil yang kita peroleh tidak sesuai seperti yang kita harapkan.

Contohnya.
Ketika kita mendapatkan sebuah tantangan mengerjakan proyek A. Kita mempunyai KEYAKINAN (pikiran positif) bahwa kita akan berhasil mengerjakan proyek tersebut tepat waktu, tapi disaat yang bersamaan kita merasa (negatif) 'hmm, tapi kalo semisal ntar ada kendala gimana ya??' maka yang kemudian terjadi adalah AKAN ADA KENDALA yang menyebabkan kita tidak bisa mengerjakan proyek tersebut tepat waktu.

Anda pernah mengalami hal ini?

Jika YA, itu disebabkan karena secara tidak kita sadari, perasaan negatif kita mengundang apa yang kita khawatirkan itu datang dan terjadi.

Ingat!
Segala SESUATU TERJADI SESUAI dengan APA YANG KITA PIKIRKAN dan RASAKAN.
Jika kita berpikir positif dan merasa positif, secara otomatis apa yang kita ucapkan dan lakukan akan bersifat positif. Jika semua yang kita ucapkan dan lakukan bersifat positif, maka HASIL yang kita peroleh akan positif pula.

Contoh (lagi ya).
Saat Allah memberikan cobaan berat pada kita.
Jika yang ada dalam PIKIRAN adalah: Aku PASTI BISA menghadapi ujian ini. Ada Allah bersamaku.
Kemudian PERASAAN yang ada adalah: Aku MERASA BERUNTUNG karena Allah masih berkenan memberiku ujian.

Bandingkan dengan jika PERASAAN yang ada adalah: Sedih, karena ada pertanyaan yang mengiringi: KENAPA Allah memberi ujian seperti ini? Apa dosaku?

Kira-kira apa yang terjadi dengan UCAPAN, PERILAKU dan HASIL yang kita peroleh?

Mari kita telaah dan renungkan bersama.

Jika pikiran yang (telah) positif tersebut DISERTAI PERASAAN POSITIF, maka UCAPAN dan PERILAKU kita dengan sendirinya akan selalu optimis, penuh semangat dan pantang menyerah dalam usaha dan doa [Perhatikan! Bahwa merasa beruntung telah diberi 'ujian' meletakkan 'ujian' tersebut sebagai suatu 'karunia' yang patut disyukuri dan diperjuangkan. Hal tersebut akan membuat kita senantiasa melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang baik pula] dan insyaAllah HASIL yang kita PEROLEH adalah keberhasilan kita menghadapi bahkan melewati cobaan itu serta memetik hikmah darinya.

Sementara jika pikiran positif yang ada DISERTAI PERASAAN NEGATIF, maka UCAPAN dan PERILAKU kita [secara tidak kita sadari] akan pesimis, tidak bergairah, kurang bersyukur, timbul rasa iri pada nasib dan keberuntungan orang lain -- karena keyakinan bahwa 'bisa-menghadapi-ujian karena Allah-ada-bersamaku, tidak didukung oleh perasaan yang sejalan dengan keyakinan itu -- Alhasil HASIL yang kita PEROLEH adalah cobaan itu terasa semakin berat seolah tidak berujung, mengakibatkan kita stress kemudian jatuh sakit.

Jadi, selanjutnya mana yang akan Anda lakukan?
Hanya 'berpikir-positif' saja atau 'berpikir-dan-merasa-positif'?
Anda yang memilih!


::[]::


#Catatanku
after #CoreTransformationWorkshop
#MentalJuara
#AlwaysPositive

Saturday, February 13, 2016

Memupuk Iri



Pasti pada nanya.

Kok memupuk iri? Ga salah?
Enggak! Soalnya yang di-iri-in adalah hal yang positif.
Misalnya?
Ga pake misal deh. Aku mo terus terang aja.

Jadi giniii... Akhir-akhir ini aku begitu banyak mendengar hal-hal yang beraroma 'kiamat'
[bahkan saat aku ikut Core Transformation Workshop bulan lalu, ada sesi ditanyain 'Apa hal terpenting yang akan Anda lakukan jika malaikat maut saat ini datang dan akan mencabut nyawa Anda?']

Pembahasan tentang hari akhir itu beruntun dan jediieerr bikin aku aware bahwa waktuku sudah begitu amat singkat. Apalagi memang tanda-tanda kiamat-sudah-dekat bermunculan satu per satu dan kian santer.
[aku ngrasa seolah 'dikejar' berita tentang 'kiamat' ini karena beberapa kali melakukan kegiatan *bahkan saat chat dengan teman* ujung-ujungnya ketemu sama bahasan 'kiamat']

Yang menjadi pertanyaanku adalah:
Jika nanti semua umat Nabi Muhammad SAW pasti masuk surga, berapa lama waktu yang aku habiskan penuh siksa di neraka?
Semua tergantung seberapa berat amalanku dibanding dosaku di hari perhitungan nanti. Sementara aku menyadari bahwa ibadah yang aku lakukan selama ini belum sempurna. Di sisi lain, aku menyadari bahwa aku masih juga sering [tidak sengaja] melakukan dosa.

Itulah yang kemudian membuat aku memutuskan untuk memupuk iri.
: memupuk iri pada orang-orang yang mendahulukan akhirat daripada dunia.
Iri pada orang-orang yang sholat wajib tepat waktu dan berjamaah, tidak putus untuk sholat sunnah, puasa Senin-Kamis, baca Al-Qur'an tiap hari, sedekah meski dalam keadaan susah, selalu bersikap baik, selalu terus belajar hal-hal yang positif dan banyaaak lagi.

Serius.

Melihat ada yang menjalankan sholat Dhuha atau Tahajjud rasanya ada yang nusuk-nusuk hati. Denger ada temen yang diajak maksi bareng terus nolak dengan halus, 'besok aja ya, sekarang aku puasa' -- rasanya gimaana gitu. Tahu ada yang ikhlas sedekah padahal hidupnya kurang beruntung (dibanding aku), sumpah bikin aku bener-bener malu.

Jadii,...
Akhirnya 'memupuk iri' ini menjadi awal aku menambahkan list dalam dream bookku, yaitu: Masuk Surga!
Yang harus aku lakukan selanjutnya adalah mencari coach yang bisa melecutku membuat blue- print Masuk Surga dan memastikan aku menjalankan semuanya.

Karena memupuk iri saja tidak cukup bukan?


:::[]:::

#MasukSurga
#SelfDevelopment
#DreamBook


Wednesday, January 20, 2016

Imankah?



Salah satu pengetahuan yang saya dapatkan dari sakit bapak adalah fungsi liver (hati).

Prof. dr. Iswan A. Nusi -- dokter spesialis internist yang menangani sakit bapak kala itu menjelaskan, bahwa pada dasarnya semua makanan yang masuk ke dalam tubuh kita adalah racun. Liver/hati berfungsi untuk memfilter/menyaring racun dari semua makanan sebelum nutrisi makanan tersebut disebarkan ke seluruh tubuh. Jika fungsi hati sudah menurun, maka otomatis makanan yang tersebar ke seluruh tubuh akan mengandung racun. Dan ketika racun tersebut sampai ke otak, saat itulah kesadaran kita menurun.

Pagi ini, di grup SMC, pak Soesanto Goentoro - salah satu orang luar biasa di grup kami -- sharing ilmu yang baru beliau dapatkan mengenai 'Paradigma Makan'.

"Yang menarik dari pembicaraan saya dengan sahabat saya semalam, bahwa selama ini paradigma makan adalah proses suatu makanan yang masuk ke dalam mulut. Dalam diskusi semalam saya baru menyadari bahwa 'makan' adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh kita termasuk yang melalui hidung dalam bentuk pernafasan. Jadi oksigen bisa disebut juga makanan dalam bentuk lebih halus. Sebagai murid yang baik, saya terima dulu hasil diskusi ini sambil merenungkan kebenarannya. Jadi, cara 'makan' oksigenpun perlu dilatih. 
Ada aplikasi untuk latihan ini 'anuloma viloma' yang bisa didownload dari google store maupun istore. Semoga sharing ini bermanfaat" [-- edited]

Selanjutnya berbagai komentar dari anggota yang lain bermunculan.

Termasuk dari pak Muh. Rofi'i - orang yang juga luar biasa di grup kami.

"Sangat betul sekali pak Captain, [red. pak Santo memang akrab dengan panggilan Captain karena mimpi 'gila' beliau menjadi pramugara di usia lebih dari 50 tahun] saya dulu juga pernah belajar tentang makanan. Dan ternyata, apa yang kita dengar, kita lihat, dan kita rasakan itu juga termasuk jenis makanan. Kita harus betul-betul menyaring semua makanan yang masuk pada diri pribadi kita.
Salam sukses untuk semua" [-- edited]

Membaca diskusi di grup pagi ini membuat saya berpikir.

Jika liver/hati merupakan alat penyaring dari makanan dalam arti harfiah, apa yang menjadi penyaring dari makanan lain seperti yang disampaikan oleh pak Rofi'i?

Apa yang bisa menyaring 'makanan' yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan?

Imankah?

Bagaimana menurut Anda?


:::[]:::


#SuccessMasteryClub
#ParadigmaMakanan
#FungsiHati
#FungsiLiver

Tuesday, January 19, 2016

Mengenang Bapak



Kamis, 18 Januari 2001

Nasi goreng pesananku untuk makan siang belum datang ketika pesawat telepon di mejaku berdering.

Dari bapak.
     "Jam berapa pulang?"

 Aku menanggapi sambil lalu,
     "Ya ntar lah. Sore,"
     "Sekarang masih jam berapa?" lanjutku dalam nada tanya.
 Bapak dari ruang lain menimpali,
     "Bapak mau pulang sekarang. Maksud bapak, kalau Ira bisa pulang sekarang, bapak mau bareng Ira"
Aku bersikukuh,
     "Ga bisa Pak. Ira baru bisa pulang sore"
     "Ya udah, bapak naik taxi aja" jawab bapak datar.

Pembicaraan berhenti.
Aku meneruskan aktifitasku. Hanya lima menit, ketika tiba-tiba aku merasa capek menatap layar monitor dan berkeinginan sejenak melihat keluar jendela untuk mendinginkan mata.

Saat itu, dari tempatku berdiri di lantai dua, aku menangkap bayangan bapak -- yang terpantul dari jendela mobil yang terparkir paling dekat dengan koridor -- tengah melangkah dengan gagah.

     Aku terkesiap!
     Ada semacam aliran listrik yang menjalari tubuhku. Perasaanku teraduk.
     Aku merasa tertuntut untuk memenuhi permintaan bapak.
     Seketika aku melesat keluar ruangan berusaha secepat mungkin mengejar bapak.

     "Bapaaakkk!!" panggilku terengah,
     Aku melihat bapak memutar tubuhnya dan melempar senyumnya ke arahku.
     "Ira bisa pulang bareng Bapak. Tapi bapak tunggu sebentar gak pa pa ya? Ira pesen nasi goreng buat maem siang. Belum dateng. Bentar lagi kok. Ntar setelah Ira maem kita pulang. Ya?"

     Bapak mengiyakan.
     Kurang lebih lima belas menit kemudian aku sudah berada di loby gedung menemui bapak -- yang waktu itu sedang berbincang dengan beberapa rekan kerja beliau ketika masih aktif berdinas -- siap mengantar bapak pulang.

     "Mampir dunia buah ya. Adek pesen dibeliin Apel" ajak bapak ketika kami sudah berada di mobil.

     Siang itu, aku melewati satu momen indah lagi bersama bapak.


Jumat, 19 Januari 2001

Tidak ada seorangpun yang menyangka bahwa bapak akan pergi hari itu. Kondisi kesehatan bapak boleh dikatakan cukup baik. Namun jika Sang-Pemilik-Nyawa berkehendak untuk memanggil, apalah daya kita?

Siang itu, sepulang sholat Jumat, bapak mengeluh sakit kepala. Kejadiannya begitu cepat. Bapak bahkan belum sempat berganti baju. Ketika bapak istirahat di kursi tempat beliau biasa duduk, mas Ipri -- kakak laki-lakiku yang saat itu menemani bapak di rumah -- menemukan bapak terkulai dengan nafas tersengal.

Aku segera melesat pulang ketika mas Ipri menelepon dan menceritakan kondisi bapak.
Seperti pengalaman yang sudah-sudah. Kami sekeluarga harus siap dihadapkan pada situasi seperti itu. Situasi ketika kondisi bapak drop karena penyakit kanker hati yang bapak derita. Sewaktu-waktu bapak kambuh, kami harus siap mengantar bapak ke rumah sakit secepatnya.

Sama sekali tidak terbersit bahwa ternyata hari itu adalah kali terakhir kami harus mengantar bapak ke rumah sakit.

Bapak tidak tertolong.

Bukan karena kanker hatinya. Dokter mendiagnosa ada kemungkinan bapak terkena serangan jantung.

Ya Allah, rasanya baru kemarin bapak menelepon hamba untuk mengajak pulang. Rasanya baru kemarin hamba melihat bayangan bapak sedang berjalan dengan gagah. Baru kemarin hamba bercengkerama dengan bapak di mobil; mampir ke toko buah dan memilih Apel bersama-sama dengan penuh canda.

Rasanya baru kemarin.
Semua masih tergambar dengan jelas.

Bahkan bagaimana bentuk Apel yang tertata rapi di atas meja makan -- yang belum tersentuh sehari setelah bapak berpulang -- masih terbayang di pelupuk mata.


...



Hari ini, genap 15 tahun bapak meninggalkan kami.

     Yang sangat aku syukuri dan menjadi penghiburku adalah aku memutuskan pulang bersama bapak siang itu! -- Karenanya aku memiliki satu lagi kenangan kebersamaan dengan bapak, sebelum aku tidak bisa lagi menikmati dan memilikinya.

:::[]:::


#bapak
#ayahanda
#kangenbapak

Friday, January 15, 2016

ROMANTIS


Mendefinisikan satu kata setiap hari merupakan bentuk kegiatan Leader Challenge yang kami lakukan di Success Mastery Club (SMC) setelah mengikuti kelas pak Edy Zaqeus dengan tema "Writing for Transformation" [: ini merupakan sarana latihan kami untuk mengasah keterampilan menulis]. 

Tantangan itu harus dilakukan oleh para member (yang bersedia mengikuti tantangan tsb) selama minimal 21 hari berturut-turut dengan memposting di WhatsApp grup SMC. Syaratnya, pendefinisian kata tersebut harus murni berdasarkan pengertian dari masing-masing peserta.
Setiap member berhak menentukan kata apa yang akan didefinisikan setiap harinya. Kata terpilih adalah kata yang diposting paling pagi oleh salah satu dari peserta.

Memasuki hari ke 29. Kata pilihan yang ditentukan (oleh mbak Ayu) untuk didefinisikan adalah ROMANTIS.

Hohoho,,,
-- Sebetulnya, kata pilihan ini adalah request saya ke mbak Ayu, malam sebelumnya saat bertemu di kelas SMC waktu ngobrol-ngobrol tentang dia dan sang pujaan hati *pssttt....

Kenapa mesti request ke mbak Ayu?
Simple reason. Soalnya mbak Ayu rajin banget ngasih greetings di grup pagi-pagi *hahahaha,

Dan inilah definisi ROMANTIS menurut saya:



Romantis tidak diukur dari seberapa mewah tempat makan saat candle light dinner. Seberapa mahal cincin berlian yang disematkan di jari atau seberapa keren mobil yang dipakai saat kencan.

Ketika bulan bersinar penuh Paijo mengajak Marni berjalan kaki menuju ujung gang untuk makan bakso yang mangkal, kemudian tiba-tiba menyerahkan petikan bunga dari rumput liar yang tumbuh dekat tiang listrik sambil berbisik pelan,
" Mar, aku mau kamu jadi istriku",
lantas Marni terkesima menatap bunga itu sebelum akhirnya tersipu menerima bunga itu dan menjawab,
"Iya, aku mau!"
-- adalah bentuk dari sebuah keROMANTISan.

Karena ROMANTIS adalah sebuah TINDAKAN yang dilakukan oleh ORANG YANG KITA CINTAI dan kita maknai sebagai sesuatu yang INDAH.

Tanpa materi berlimpah, selama pasangan kita mencintai dengan segenap jiwa, kita bisa menciptakan keROMANTISan dari segala hal yang SEDERHANA.


::[]::

mengenang:
#LeaderChallege
#AtoZDailyWordDefinition
#DefinisiKataHarian
#Day29
ROMANTIS

Thursday, January 7, 2016

Curhat di MedSos. Perlukah?



Facebook. 
Twitter.
Google Plus.
Instagram. 
Pinterest.

Adalah Top-Five media sosial yang populer di dunia.
[data diambil dari sarungpreneur dot com - klik disini untuk membaca lebih lengkap]

Sebelum lanjut, sebenarnya, apa sih media sosial itu?

Menurut WIKIPEDIA
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. 

sedangkan menurut ROMELTEAMEDIA DOT COM
MEDIA SOSIAL (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking).


Dari pengertian tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa media sosial adalah sebuah SARANA bagi para penggunanya untuk MENGEKSPRESIKAN DIRI. 

Hmm??... Mengekspresikan diri?
Ekspresi yang seperti apa??

Terserah!
Mau-maunya yang punya akun!

Yang membuat akun medsos dengan niat berdagang, pasti akan sering upload dan posting semua yang berhubungan dengan produk yang dijual.
Yang membuat dengan niat berbagi ilmu, pasti akan lebih banyak sharing segala hal tentang ilmu yang ingin dibagikan.
Semua tergantung niat user atau pengguna medsos tersebut.
Bahkan yang membuat akun medsos dengan niat untuk NIPU juga ada!

Tapi yang akan kita bahas disini bukan niat para pemilik akun yang sudah disebut di atas, karena itu sudah jelas.
Yang kita bahas adalah para pengguna medsos yang [menurut pengamatan saya -- masih banyak] menggunakan medsos sebagai sarana 'CURHAT!'

Please note:
CURHAT yang saya maksud adalah membuat STATUS YANG sifatnya NEGATIF seperti maki-maki orang lain [termasuk nyindir], mengeluh ini itu, menceritakan nasib malang/sialnya, dll. 

Memang sih, kita bebas berekspresi dan mengungkapkan apa yang kita rasakan atau pikirkan. Tapi mbok yao [hadoh, bahasanyah...] agak difilter lah apa-apa yang akan dipublish. Biar tidak menimbulkan fitnah dari para pembaca. Sebab kalau sudah menyerempet ke area fitnah, ujung-ujungnya ketemu DOSA.

Kok bisa?

Lah iya, kalau semisal ada yang tulis status:
"Manusia itu diciptakan Tuhan punya otak. Kalo otaknya ga dipake apa bedanya ma binatang. DASAR BEGOOO!!"

Kira-kira, pembaca akan berpersepsi apa?
Bisa saja si penulis hanya sekedar iseng menulis status seperti itu. Tapi persepsi orang kan bisa berbeda. Belum lagi kalau yang baca merasa status itu ditujukan buat dirinya? Woo, bisa perang status kaya para selebritis tanah air kita tercintah *hehehe

Atau status seperti ini:
"Ya Tuhaaan, aku capek ngadepin dan hidup dengan dia. Aku sudah berusaha sabar, tapi bukankah Engkau menciptakan hati tidak untuk disakiti?"

Hayoohh???
Berdalih iseng membuat status seperti itu? Boleh.
Tapi andai status itu benar-benar terjadi dalam kehidupan pribadi si penulis, pantaskah itu diumumkan pada dunia? Kalau kemudian setelah itu tiba-tiba ada yang japri "menunjukkan simpati". Lantas karena merasa ada yang memperhatikan curhatpun berlanjut... terus dan terus...   *dueenngg... eng iing eeenng.... ! 

Jadi? Lalu? 
Bagaimana bentuk ekspresi yang pantas dipublikasikan di media sosial?

Pertanyaan itu saya lempar, kalau menurut ANDA bagaimana? 



::::::: [] :::::::



Biarkan hanya Allah yang tahu bahwa kita LEMAH,
karena hanya Allah yang tidak akan menertawakan kelemahan kita.

Dan biarkan hanya Allah pulalah yang tahu bahwa kita KUAT,
agar kita tidak sempat sombong sebab sebenar-benarnya kekuatan hanya milikNya.



#AyoIntrospeksi
#ReminderForSelf