Monday, February 25, 2013

Ketika Allah 'Mendengar' #1



Iera-kecil memandang nanar ke patung lilin berbentuk putri duyung pemberian bunda. Patung lilin itu sangat cantik. Bunda membelinya dan memberikan pada dia kurang dari sejam yang lalu. Dan kini, patung lilin cantik itu telah terbelah menjadi dua. Mangkok gelas berisi air yang disiapkan bunda untuk tempat berenang putri duyung itu kini dihuni oleh "dua benda": (1) separuh badan seorang putri yang jelita dan (2) sepotong ekor ikan.

Di tengah nanar dan ketakutan-bunda-akan-memarahinya -- Iera kecil teringat ajaran bunda bahwa Allah maha mengabulkan doa. Maka tangan mungil Iera kecil menengadah dan mulutnya mulai melantunkan doa: 'Ya Allah, tolong kirimkan malaikat untuk betulin putri duyung Iera yaa...'

Tapi Allah tak kunjung mengirim malaikatNya hingga kemudian bunda mengetahui bahwa putri duyung itu telah terbelah. Iera kecil menggigit bibir siap menghadapi kemarahan bunda. Namun ternyata bunda tidak marah dan malah justru membelai rambutnya.
: bunda memaklumi kerentanan patung lilin itu.

Saat itu, Iera kecil belum menyadari bahwa sebenarnya Allah telah mengirim malaikatNya. Namun malaikat itu dikirim Allah bukan untuk membetulkan putri duyungnya, tapi untuk mendinginkan hati bunda agar bunda tidak marah.


Iera-remaja berkutat dengan diktat kuliah malam itu. Mencoba mengerti dan memahami apa yang tengah dibacanya. Namun mendadak Iera remaja merasa kepalanya sakit luar biasa. Di tengah kesakitan itu dia mengucap sebaris doa: 'Ya Allah, Iera besok UTS, kalau Engkau memang menghendaki Iera sakit, sakitnya ditunda setelah UTSnya selesai seminggu lagi yaa...'
Maha besar Allah yang selalu mendengar doa. Sakit itu lenyap seketika. Maka Iera remaja bisa meneruskan belajarnya untuk menghadapi ujian esok hari.

Seminggu berselang. UTS berakhir hari itu. Iera remaja mengakhiri harinya dengan bersantai sebab tak lagi harus berkutat belajar. Ketika badan penat sudah siap merebah menjemput gelap, Iera remaja merasa perutnya melilit. Sakitnya membuat dia tak bisa memejamkan mata. Segala cara dicobanya untuk mengurangi rasa sakit; namun sebanyak cara yang dicobanya itu sia-sia.
Kantuk yang menyerang tak terjawab oleh lelap karena sakit yang teramat sangat.

Pukul tiga dini hari. Subuh hampir di depan mata. Dalam lelahnya Iera remaja memohon: 'Ya Allah, Iera ngantuk. Iera pengen bobo sebentaaaar aja tanpa ngrasa sakit... Please Ya Allah...'
Tiba-tiba saja Iera remaja merasa tak ada lagi yang melilit perutnya. Maka terlelaplah dia.
Lima belas menit kemudian, Iera remaja terjaga. Sakit itu kembali menyerang. Allah hanya memberinya waktu lima belas menit untuk lelap tanpa merasakan sakit. Dalam kesadaran yang mulai pulih Iera remaja berujar: 'Ya Allah,... ini mah terlalu sebentaaarr...'

Saat itu, Iera remaja menyadari bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan!!!

 
|[]|