Saturday, August 11, 2012

Berbagi bersama di "Al-Jabbar"


 Panti Asuhan Yatim "Al-Jabbar" | Kehilangan membuat si yatim berduka
 Namun ketika kita mampu mengisi yang hilang |  Hidup kita akan terasa lebih bermakna

Spanduk yang terpasang di pintu pagar panti ini membuat kita sadar bahwa masih banyak yang lebih kurang-beruntung daripada kita, sekaligus mengingatkan kita, bahwa kita mempunyai kewajiban untuk berbagi dengan mereka yang ada di sana.

Berada di kawasan Rungkut Surabaya, Panti Asuhan Yatim Al-Jabbar -- yang sebenarnya adalah hanya sebuah rumah sederhana -- dengan 25 anak yatim di dalamnya -- sore itu sudah siap menerima kami untuk berbuka. Seluruh ruang tamu yang menyatu dengan ruang tengah berikut teras, sudah tertutup oleh tikar. Balasan salam yang teralun -- tersela celoteh lucu makhluk-makhluk mungil, hingar terdengar memenuhi ruangan.

Ibu Iin selaku salah satu pengurus panti mempersilakan kami masuk dan berbaur dengan 'putra-putri'nya. Kami duduk tanpa jarak dengan mereka. Berbincang banyak hal sambil sesekali bermain dengan si kecil Izzi yang langsung akrab dengan kami. Dari bu Iin, kami sedikit mengenal profile para penghuni panti -- dan tanpa sedikitpun ada kesan mengeluh -- bu Iin menceritakan pula suka dukanya mengasuh 'malaikat-malaikat kecil' yang Allah titipkan pada beliau.

Note: bu Iin inilah -- beserta adik-adik dan suami yang mempunyai kemuliaan hati menampung anak-anak ini di rumah beliau. Semoga amal beliau-beliau mendapat perhitungan yang pantas di hari akhir nanti [Insya Allah]


Berikut adalah profile dua malaikat terkecil penghuni panti:

B e l l a
Saat ini Bella berusia kurang lebih 1 tahun.
Dia dititipkan di panti ini oleh neneknya dalam keadaan busung lapar ketika berusia 5 bulan setelah ayahnya meninggal dunia dan ibunya pergi meninggalkan dia.
Bella mulai tumbuh sehat meski masih dalam proses penyembuhan karena ususnya yang lengket akibat busung lapar yang dia derita.
I z z i
Si ganteng ini sudah berusia 2,5 tahun. Tumbuh sehat dengan berat badan 19 kilogram setelah sukses diet dari BB awal 25 kilogram.
Izzi tidak akan pernah mengenal siapa kedua orangtuanya karena dia ditemukan di depan panti saat berusia 2 minggu.
Trenyuhnya hati saat pesawat melintas di atas panti, Izzi kecil melambaikan tangan dan berucap,
"Dadaaahh mamaaaa... daddaahh...."


Mungkin kita hanya bisa menghela nafas panjang ketika mengetahui kisah di balik senyum dan keceriaan mereka berdua. Karena sepintas, saat kita melihat betapa lucu dan sehat fisik mereka, kita tidak tahu bahwa di balik kepolosan itu ada sebuah kisah yang mengharukan.



Namun kita bisa -- bahkan wajib -- berbuat lebih. Karena, mereka adalah 'jembatan' kita untuk meraih berkah; -- dari kehausan mereka akan kasih sayang yang telah terampas dari mereka saat mereka benar-benar membutuhkan, yang perlu kita lakukan 'hanyalah' berbagi keberuntungan dan kebahagiaan kita dengan mereka.


[]

Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan memperoleh satu pahala, dan barangsiapa berbuat baik terhadap anak yatim, dia akan bersamaku di Jannah seperti dua jari ini
- Rasulullah SAW -
[ketika mensabdakan hadist ini, Rasulullah SAW berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya] 



Friday, August 10, 2012

Tas dan Opak Gulung



Ayahanda pernah menegurku dengan sebuah pertanyaan terkait koleksi tas yang aku punya.
"Segitu banyak tas, warnanya iteeem melulu. Ga pengen punya tas warna lain?"
"Loh! item itu netral, Pak! Bisa dipake ma baju warna apa aja. Kalo Ira beli tas warna laen, ntar makenya terbatas soalnya mesti disesuaiin ma warna baju dulu"
Ayahanda tersenyum mendengar jawabanku yang 'cewek' banget.

Sampai suatu ketika, kira-kira 134 bulan yang lalu - sepulang jalan-jalan ke Mall sama temen-temen,
"Wiii, tasnya buaguuusss deh, Pak. Warnanya ijo!!!"
"Lah, kenapa ga beli? Bukannya Ira suka warna ijo?"
"Iya sih,... tapi harganya mahal banget"
"Emang harganya berapa?"
Aku menyebut sederet angka. Dan ayahanda lagi-lagi tersenyum mendengar jawaban anak gadisnya.

Tidak ada pembicaraan mengenai tas lagi setelahnya. Namun beberapa hari setelah kejadian itu, tiba-tiba ayahanda menyodorkan sejumlah uang padaku.
"Uang apa nih, Pak? Banyak amat?" heranku dengan kening berkerut
"Buat beli tas ya.. itung-itung itu duit ganti dari Bapak, untuk gantiin duit Ira yang udah beliin Bapak opak selama ini. Udah, ga usah beliin Bapak opak lagi. Berarti impas ya? Bapak ga punya utang ke Ira"

[Note:
Sakit ayahanda membuat ayahanda terbatas memilih menu makanan. Salah satu makanan ringan yang bisa ayahanda konsumsi dan sering banget ayahanda minta ke aku -- sejak ayahanda sakit -- adalah opak; dan karena kebetulan di kantor ada tukang jual opak yang rutin dateng seminggu dua kali, aku juga rutin beliin ayahanda camilan itu selama sekian tahun ayahanda sakit]

Sama sekali tidak terpikir makna dibalik ucapan ayahanda waktu itu. Yang ada hanya girang karena aku bakal bisa beli tas ijo itu!!

Hari itu, sepulang dari kantor, aku menyempatkan diri mampir ke Mall untuk beli tas dengan uang pemberian ayahanda. Kemudian langsung pulang untuk 'mamerin' tas ijo baru itu ke ayahanda!

"Bapaaakk, Ira udah beli tasnyaa!! Ini diaaa!!!" aku menenteng tas ijo itu dengan bangga.
Ayahanda tersenyum lebar. Memandang tas ijo baru itu dengan tatapan mata yang menyiratkan kata 'bagus!'.

Tas itu merupakan tas 'berwarna'ku yang pertama. Diantara koleksi tasku yang semuanya berwarna hitam, tas hijau itu seolah memberikan nuansa tersendiri ketika aku pajang.

Lantas, kurang dari dua bulan kemudian, Ayahanda berpulang!
Saat itu aku baru menyadari makna dibalik kalimat ayahanda:
"Udah ga usah beliin Bapak opak lagi!"
-- Iya, Pak. Ira udah ga mungkin bisa beliin Bapak opak lagi *sambil nahan nangis...
"Berarti impas ya? Bapak ga punya utang ke Ira"
-- Hoaaaa,... berapa sih total harga opak sekian tahun -- terhitung sejak aku rutin beliin ayahanda opak -- dibanding apa yang udah ayahanda beri buat aku selama ini? Laknat bener aku kalau sampe nganggep itu utang!!! *udah ga bisa nahan nangis...

Tapi, aku tahu ayahanda tidak bermaksud seperti itu. Ayahanda hanya ingin membelikan aku tas 'berwarna' sebelum detik-detik kepergiannya. Supaya aku terus inget, bahwa aku punya ayahanda yang hebat. Supaya aku juga inget, bahwa aku wajib doain ayahanda-hebatku setiap saat.


 - tas ijo yang dibeliin ayahanda ma gambar opak yang biasa aku beliin buat beliau -
*gambar tas: koleksi pribadi, gambar opak: dapet nyomot dari blog puri sedap (edited)*


::|||::

4 more days,... [andai masih ada] ayahanda akan genap berusia 72 tahun
Happy Milad Pak,... *Al Fatihah!