Tuesday, December 18, 2012

Friday oh Friday



Aku punya 2 keinginan;
[Setelah aku dilahirkan hari Jumat, --- selanjutnya] aku ingin bisa menikah dan meninggal di hari Jumat pula.

Satu keinginan sudah terwujud;
       --- aku bisa melaksanakan pernikahan sakralku di hari Jumat [yang juga Alhamdulillah, bertepatan di bulan Syawal, meski sempet rada ribet milih tanggal gara-gara nyesuaiin ma jadwal sewa gedung :D].
Jadi, masih ada satu harapan lagi yang entah nantinya bisa terwujud atau tidak; yaitu meninggalkan dunia-tak-kekal ini hari Jumat!

Animated Emoticons

Kenapa hari Jumat?
[Soalnya aku nyadar kalo aku belum masuk kategori 'Manusia-Bebas-Dosa'!!!. Huehehe :D]
Sementara "Apabila seorang mukmin muslim meninggal pada malam atau hari Jumat, maka Allah SWT akan memberikan pahala syahid dan menjaganya dari azab kubur" [Majmuu' Syariif Kaamil dan Terjemahnya hal. 5].

Nah, salah satu keuntunganku mempunyai harapan seperti itu adalah, aku jadi ingat tentang mati setiap menjelang hari Jumat: --- membuatku selalu ingat untuk melakukan kebaikan-kebaikan demi menambah pahala; mendorongku menambahkan potensi kemanfaatan diri pada duniaku dan orang-orang di sekitarku; dan memotivasiku untuk lebih giat beribadah setiap hari menjelang 'saat-kemungkinan-dan-harapan-ajalku-tiba' [meski, kadang-jujur-saja --- keduniawian masih kerap membuat lupa *sigh].

Intinya, dengan harapan itu, aku terpacu selalu berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya!

Kita tidak pernah tahu kapan Allah menentukan ajal kita.
Aku tidak pernah tahu, apakah nantinya aku benar-benar menemui ajal di hari Jumat sesuai harapanku sebelum bumi dan langit ini terbelah.
Tapi yang jelas, kiamat sudah makin dekat.
Yuk! Makin giat nabung buat akhirat!

[[]]
 
Majmuu' Syariif Kaamil dan Terjemahnya hal. 4: Fadilah Hari Jumat point 6:
Allah SWT memerintahkan kiamat terjadi pada hari Jumat
[Menjelang 'kasak-kusuk' kabar kiamat yang jatuh hari Jumat tanggal 21 Desember 2012]
Animated Emoticons
 



Friday, December 14, 2012

= @?!#$ *Geram


Ada sebongkah rasa yang kembali menggumpal saat itu.
Gumpalan yang semula aku anggap sudah lebur bersama berjalannya waktu.
Lantas, hari-hariku pun kembali dipenuhi gelisah.

Sebagian hati melejit menggoda untuk kembali mengasah rasa.
Sebagian hati melejit menahan gejolaknya.

Kemudian,
Kutemui kenyataan baru bahwa ada yang lain.
Dan kala perasaan teriris menggeliat;
    -- aku kian menyadari bahwa gumpalan itu ternyata tak pernah lebur.
Pun ketika kutemui pesan yang kuanggap tertulis untukku;
    -- aku semakin terjebak oleh hingarnya andai.

Gelisahku kian membuncah!

Lalu aku ingat sebuah janji yang sempat terucap...
, bahwa aku akan selalu ada untuk setiap perih dan gelisahmu.
-- Juga sebuah doa yang sempat terlantun...
, bahwa aku bersedia menjadi penawar keluhmu.

Aku menangis dalam diam.

Aku ingin kau tahu…
hari-hari yang terlalui penuh harapan itu menari lagi dalam anganku.

Sungguh, godaan itu begitu mengganggu!!!


>]::[<
 
... menggali hasrat untuk kembali ...

Thursday, September 6, 2012

S E R O N G

Istri dimana saja sama, sebagian dari tugasnya adalah untuk dilukai suami, dan sebagian yang lain untuk memberi maaf kala suami bertobat
(Serong – LKH)


Apa yang Anda rasakan saat membaca kalimat tersebut di atas? Adakah sesuatu yang berkecamuk dalam pikiran dan hati Anda?

… Seandainya Anda adalah seorang istri?
atau
… Seandainya Anda adalah seorang suami?

Yang jelas, saat pertama kali membaca kalimat tersebut (tanggal 11 November 2004; yang lantas membuat saya memutuskan untuk membeli novel itu) --- saya (maaf) mengumpat!
, betapa 'teraniaya'nya seorang istri andai memang seperti itulah tugasnya.

Lantas, mengapa tiba-tiba saya tertarik mengangkat topik ini?

Well, saya tertarik karena telah beberapa kali saya temui berbagai peristiwa perselingkuhan alias SERONG di sekitar saya --- bahkan ternyata, banyak terjadi pada orang-orang terdekat saya.

Salah seorang rekan saya pernah bercerita:
“Ier, gw selingkuh! Tapi bukan selingkuh fisik, soalnya gw ga pernah janjian kencan ma dia. Ini selingkuh hati. Dan gw tau, justru itu yang bahaya!”

 Seperti yang sudah-sudah, saya selalu mengungkapkan pendapat saya,
,… bahwa secara pribadi, saya tidak menyalahkan CINTA yang terjalin dari sebuah perselingkuhan [uhm, kalau itu memang boleh dinyatakan sebagai cinta dan bukan nafsu semata], TAPI, ijinkan saya ‘menentang’ dengan cara saya jika rasa CINTA itu dibiarkan berkembang bahkan sengaja dikembangkan.

Yang sering terjadi, para pelaku perselingkuhan mencari pembenaran atas apa yang mereka lakukan,--- termasuk pembenaran telah mencintai ‘orang-yang-salah’; dengan salah satunya menyatakan bahwa perasaan mereka sangat manusiawi. Sadarkah mereka, bahwa begitu banyak orang yang tersakiti dengan perbuatan mereka? Lantas, masih pantaskah perbuatan mereka dibenarkan?

Bukan saya sok suci atau munafik… [Sebab siapa tahu saya pernah, sedang, atau nantinya akan terlibat dalam sebuah perselingkuhan?? Ooppss!!!!]Scared 2
Tapi hanya karena kebetulan saya adalah seorang perempuan, maka saya mengungkapkan pendapat saya sebagai seorang manusia, seorang perempuan, dan seorang istri…

Bahwa, andai saya berada di posisi yang tersakiti, saya pasti akan menghujat perempuan yang telah menyakiti saya --- juga pasangan saya yang telah tega menyakiti saya tentunya.

Saya hanya ingin menyampaikan sebuah pesan yang menurut saya cukup sederhana untuk semua yang sudah mengikrarkan cinta mereka dengan pasangan [suami/istri]nya atas nama CINTA dan ALLAH;

Jagalah cinta yang sudah terikrar itu, sebab tidak ada satupun pembenaran yang bisa membenarkan sebuah pengkhianatan.

Akhir kata, SELAMAT buat yang telah menyudahi perselingkuhan mereka.
 
 
::[]::
 
Bunda said:
“Cinta memang buta, tapi jangan sampai kita dibutakan oleh cinta”
 

 

Saturday, August 11, 2012

Berbagi bersama di "Al-Jabbar"


 Panti Asuhan Yatim "Al-Jabbar" | Kehilangan membuat si yatim berduka
 Namun ketika kita mampu mengisi yang hilang |  Hidup kita akan terasa lebih bermakna

Spanduk yang terpasang di pintu pagar panti ini membuat kita sadar bahwa masih banyak yang lebih kurang-beruntung daripada kita, sekaligus mengingatkan kita, bahwa kita mempunyai kewajiban untuk berbagi dengan mereka yang ada di sana.

Berada di kawasan Rungkut Surabaya, Panti Asuhan Yatim Al-Jabbar -- yang sebenarnya adalah hanya sebuah rumah sederhana -- dengan 25 anak yatim di dalamnya -- sore itu sudah siap menerima kami untuk berbuka. Seluruh ruang tamu yang menyatu dengan ruang tengah berikut teras, sudah tertutup oleh tikar. Balasan salam yang teralun -- tersela celoteh lucu makhluk-makhluk mungil, hingar terdengar memenuhi ruangan.

Ibu Iin selaku salah satu pengurus panti mempersilakan kami masuk dan berbaur dengan 'putra-putri'nya. Kami duduk tanpa jarak dengan mereka. Berbincang banyak hal sambil sesekali bermain dengan si kecil Izzi yang langsung akrab dengan kami. Dari bu Iin, kami sedikit mengenal profile para penghuni panti -- dan tanpa sedikitpun ada kesan mengeluh -- bu Iin menceritakan pula suka dukanya mengasuh 'malaikat-malaikat kecil' yang Allah titipkan pada beliau.

Note: bu Iin inilah -- beserta adik-adik dan suami yang mempunyai kemuliaan hati menampung anak-anak ini di rumah beliau. Semoga amal beliau-beliau mendapat perhitungan yang pantas di hari akhir nanti [Insya Allah]


Berikut adalah profile dua malaikat terkecil penghuni panti:

B e l l a
Saat ini Bella berusia kurang lebih 1 tahun.
Dia dititipkan di panti ini oleh neneknya dalam keadaan busung lapar ketika berusia 5 bulan setelah ayahnya meninggal dunia dan ibunya pergi meninggalkan dia.
Bella mulai tumbuh sehat meski masih dalam proses penyembuhan karena ususnya yang lengket akibat busung lapar yang dia derita.
I z z i
Si ganteng ini sudah berusia 2,5 tahun. Tumbuh sehat dengan berat badan 19 kilogram setelah sukses diet dari BB awal 25 kilogram.
Izzi tidak akan pernah mengenal siapa kedua orangtuanya karena dia ditemukan di depan panti saat berusia 2 minggu.
Trenyuhnya hati saat pesawat melintas di atas panti, Izzi kecil melambaikan tangan dan berucap,
"Dadaaahh mamaaaa... daddaahh...."


Mungkin kita hanya bisa menghela nafas panjang ketika mengetahui kisah di balik senyum dan keceriaan mereka berdua. Karena sepintas, saat kita melihat betapa lucu dan sehat fisik mereka, kita tidak tahu bahwa di balik kepolosan itu ada sebuah kisah yang mengharukan.



Namun kita bisa -- bahkan wajib -- berbuat lebih. Karena, mereka adalah 'jembatan' kita untuk meraih berkah; -- dari kehausan mereka akan kasih sayang yang telah terampas dari mereka saat mereka benar-benar membutuhkan, yang perlu kita lakukan 'hanyalah' berbagi keberuntungan dan kebahagiaan kita dengan mereka.


[]

Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan memperoleh satu pahala, dan barangsiapa berbuat baik terhadap anak yatim, dia akan bersamaku di Jannah seperti dua jari ini
- Rasulullah SAW -
[ketika mensabdakan hadist ini, Rasulullah SAW berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya] 



Friday, August 10, 2012

Tas dan Opak Gulung



Ayahanda pernah menegurku dengan sebuah pertanyaan terkait koleksi tas yang aku punya.
"Segitu banyak tas, warnanya iteeem melulu. Ga pengen punya tas warna lain?"
"Loh! item itu netral, Pak! Bisa dipake ma baju warna apa aja. Kalo Ira beli tas warna laen, ntar makenya terbatas soalnya mesti disesuaiin ma warna baju dulu"
Ayahanda tersenyum mendengar jawabanku yang 'cewek' banget.

Sampai suatu ketika, kira-kira 134 bulan yang lalu - sepulang jalan-jalan ke Mall sama temen-temen,
"Wiii, tasnya buaguuusss deh, Pak. Warnanya ijo!!!"
"Lah, kenapa ga beli? Bukannya Ira suka warna ijo?"
"Iya sih,... tapi harganya mahal banget"
"Emang harganya berapa?"
Aku menyebut sederet angka. Dan ayahanda lagi-lagi tersenyum mendengar jawaban anak gadisnya.

Tidak ada pembicaraan mengenai tas lagi setelahnya. Namun beberapa hari setelah kejadian itu, tiba-tiba ayahanda menyodorkan sejumlah uang padaku.
"Uang apa nih, Pak? Banyak amat?" heranku dengan kening berkerut
"Buat beli tas ya.. itung-itung itu duit ganti dari Bapak, untuk gantiin duit Ira yang udah beliin Bapak opak selama ini. Udah, ga usah beliin Bapak opak lagi. Berarti impas ya? Bapak ga punya utang ke Ira"

[Note:
Sakit ayahanda membuat ayahanda terbatas memilih menu makanan. Salah satu makanan ringan yang bisa ayahanda konsumsi dan sering banget ayahanda minta ke aku -- sejak ayahanda sakit -- adalah opak; dan karena kebetulan di kantor ada tukang jual opak yang rutin dateng seminggu dua kali, aku juga rutin beliin ayahanda camilan itu selama sekian tahun ayahanda sakit]

Sama sekali tidak terpikir makna dibalik ucapan ayahanda waktu itu. Yang ada hanya girang karena aku bakal bisa beli tas ijo itu!!

Hari itu, sepulang dari kantor, aku menyempatkan diri mampir ke Mall untuk beli tas dengan uang pemberian ayahanda. Kemudian langsung pulang untuk 'mamerin' tas ijo baru itu ke ayahanda!

"Bapaaakk, Ira udah beli tasnyaa!! Ini diaaa!!!" aku menenteng tas ijo itu dengan bangga.
Ayahanda tersenyum lebar. Memandang tas ijo baru itu dengan tatapan mata yang menyiratkan kata 'bagus!'.

Tas itu merupakan tas 'berwarna'ku yang pertama. Diantara koleksi tasku yang semuanya berwarna hitam, tas hijau itu seolah memberikan nuansa tersendiri ketika aku pajang.

Lantas, kurang dari dua bulan kemudian, Ayahanda berpulang!
Saat itu aku baru menyadari makna dibalik kalimat ayahanda:
"Udah ga usah beliin Bapak opak lagi!"
-- Iya, Pak. Ira udah ga mungkin bisa beliin Bapak opak lagi *sambil nahan nangis...
"Berarti impas ya? Bapak ga punya utang ke Ira"
-- Hoaaaa,... berapa sih total harga opak sekian tahun -- terhitung sejak aku rutin beliin ayahanda opak -- dibanding apa yang udah ayahanda beri buat aku selama ini? Laknat bener aku kalau sampe nganggep itu utang!!! *udah ga bisa nahan nangis...

Tapi, aku tahu ayahanda tidak bermaksud seperti itu. Ayahanda hanya ingin membelikan aku tas 'berwarna' sebelum detik-detik kepergiannya. Supaya aku terus inget, bahwa aku punya ayahanda yang hebat. Supaya aku juga inget, bahwa aku wajib doain ayahanda-hebatku setiap saat.


 - tas ijo yang dibeliin ayahanda ma gambar opak yang biasa aku beliin buat beliau -
*gambar tas: koleksi pribadi, gambar opak: dapet nyomot dari blog puri sedap (edited)*


::|||::

4 more days,... [andai masih ada] ayahanda akan genap berusia 72 tahun
Happy Milad Pak,... *Al Fatihah!


Tuesday, July 10, 2012

Diapain Ya Enaknya Niy Ati?


Waktu aku cerita ke Rina klo aku lagi bete, Rina nanyain kenapa dan apa yang bikin aku bete.
Jujur aja yah, aku bingung mesti jawab apa, cos terus terang benernya aku juga ga bener2 ngerti kenapa aku bete dan apa yg bikin aku bete.

Tapi aku jawab juga pertanyaan dari Rina. Dan mulai deh sesi curhatnya:

Jul 10 2:15 PM Rina Nazmi:bete knp ir? 
Jul 10 2:15 PM flo clevie:tau niy  
Jul 10 2:15 PM flo clevie:males kerja gitu dari kmaren
Jul 10 2:15 PM Rina Nazmi:hemmm..
Jul 10 2:15 PM flo clevie:ga semangat blash  
Jul 10 2:15 PM Rina Nazmi:ada yang kamu pikir ya? 
Jul 10 2:16 PM Rina Nazmi:maksudnya km ada kepikiran apa gtu yg bikin bad mood
Jul 10 2:16 PM flo clevie:enggak siy
Jul 10 2:16 PM flo clevie:cm brasa bosen aja  
Jul 10 2:16 PM flo clevie:apa krn seminggu kmaren kgiatanku full yah  
Jul 10 2:16 PM flo clevie:jdnya skarang tinggal capenya  
Jul 10 2:16 PM flo clevie:cape ati  
Jul 10 2:17 PM flo clevie::d  
Jul 10 2:17 PM Rina Nazmi:km sdh ambil libur kan ya  
Jul 10 2:17 PM flo clevie:bolos yg kmaren itu?  
Jul 10 2:18 PM flo clevie:hihi, aku ga ngrasa libur rin
Jul 10 2:19 PM Rina Nazmi:hemmm.. [-x  
Jul 10 2:21 PM flo clevie:makanya rin
Jul 10 2:21 PM flo clevie:aku jd makin bete  
Jul 10 2:21 PM flo clevie:gara2 aku ga bisa ngilangin rasa males ini  
Jul 10 2:22 PM flo clevie::-s  
Jul 10 2:23 PM Rina Nazmi:perlu refreshing bbrp hari ir  
Jul 10 2:23 PM Rina Nazmi:sebenernya kita ini wes wayhe istirahat ae mungkin y  
Jul 10 2:24 PM Rina Nazmi::-p  
Jul 10 2:24 PM flo clevie:nah tu
Jul 10 2:25 PM flo clevie:klo aku pikir2, kita niy emang kurang syukur ya rin
Jul 10 2:25 PM flo clevie:masih aja bete
Jul 10 2:26 PM flo clevie:dikasih kerjaan bosen
Jul 10 2:26 PM flo clevie:klo ga punya kerjaan bingung :d
Jul 10 2:28 PM Rina Nazmi:iya ir 
Jul 10 2:29 PM flo clevie:diapain ya niy ati?
Jul 10 2:30 PM Rina Nazmi:hemm.. mungkin ada refreshing hati ir
Jul 10 2:30 PM Rina Nazmi:kita jarang dengerin pengajian kali ya
Jul 10 2:30 PM Rina Nazmi:tiap sumpek, maunya jalan2 aja, yang sifatnya duniawi
Jul 10 2:31 PM Rina Nazmi:cuma mata sama badan aja yg dikasi penyegaran, hatinya enggak
Jul 10 2:32 PM Rina Nazmi:jadi ya meski sdh dibuat seneng2, ttp ae sumpek

Di ujung sana, Rina pasti ga tau kalo aku mesem baca messagenya.

Thank You

ya Rin,.. aku emang butuh refreshing hati saat ini. Ga cuma butuh coklat!!

Friday, July 6, 2012

Santun Memasuki Ramadhan

Ini merupakan kebiasaan yang ga pernah bisa aku jelasin. Kalo diadepin ma bacaan semacem majalah, aku selalu memulai dari halaman yang paling belakang.
Maka jadilah artikel "Santun Sejak di Depan Pintu" sebagai artikel yang pertama kali aku baca di Nurul Hayat edisi bulan Juli ini.

Ada paragraf dari artikel --- yang ditulis oleh bapak Bambang Heri selaku Direktur Eksekutif Nurul Hayat --- ini, yang bikin aku tergetar.

Berikut isi paragraf tersebut:

          Kalaupun kesulitan menggerakkan lingkungan kita, kitalah sendiri yang mungkin perlu memulai kebiasaan "santun memasuki pintu Ramadhan". Bersikaplah seperti akan kedatangan tamu special. Mandilah lebih sore. Pakai pakaian terbaik. Pakai minyak wanginya. Gelar sajadah. Berdiamdirilah di atasnya. Tidak ada komunikasi dengan siapapun dan hanya berdzikir kepada Allah. Sambil menunggu Adzan Maghrib tiba, teruslah menempa hati dalam dua kesibukan: takut tidak bisa maksimal beramal dalam Ramadhan dan berharap karunia kebaikan di Bulan Ramadhan.
          Saat Anda mendengar sayup Adzan berkumandang, Anda akan merasakan syukur yang tak terperikan. Ternyata Anda sampai juga di Ramadhan. Bayangkan rahmat dari langit itu turun dalam jumlah yang tak terhitung. Bersamaan dengan Anda yang bertafakkur di atas sajadah, malaikat-malaikat, ahli kubur dan seluruh makhluk di dunia bersuka cita dan bersyukur menyambut bulan suci Ramadhan. ...
          Setidaknya, dengan sejak detik pertama Ramadhan kita mau berkhusyuk diri, penghormatan kita terhadap jamuan Ramadhan akan semakin baik. Selanjutnya ketahuilah, bagaimana amal kita di Ramadhan tergantung bagaimana kita memuliakannya. Dan bagaimana kita memuliakannya, adalah dimulai sejak kita memasuki pintunya.

Angel 3
Masih 2 minggu lagi kita memasuki pintu Ramadhan.
Hanya Allah yang Maha Tahu, --- masih berkesempatankah lagi kita merasakan indahnya berjuta berkah?
Atau tahun kemarin adalah Ramadhan terakhir buat kita?

Marhaban ya Ramadhan...
Semoga sisi hati beriman kita benar tulus menyambutnya.

Maafin semua salah dan khilaf ya :)

Friday, June 22, 2012

T.A.R.G.E.T




Bagi marketing, 'target' tu hukumnya 'wajib'. Kalo ga bisa menuhin target, berarti komisi melayang. Kalo komisi melayang berarti ga ada pemasukan. Ga ada pemasukan berarti harus putar otak untuk cari cara gimana bisa dapet pemasukan dari sumber yang laen. Hehehe...

Tapi ternyata target itu ga cuma punya marketing aja!.

Ada seorang teman (sebut saja Monika) --- yang bukan marketing. Orangnya ulet, rajin dan teliti. Perfectionist juga. Pinter banget.
Orientasinya ke target,... wuiih tinggi abis!

Nah, perpaduan dari target-oriented dan perfectionistnya itu yang bahaya! Cos duo-character itu pada akhirnya suka bikin dia senewen yang berujung pada stress.

Pagi hari, ngawalin kerja, dia udah tulis di AgendaSuperTebal-nya apa-apa yang HARUS dia kerjain hari itu. Malah ga jarang dia tulis malem harinya seblom dia brangkat tidur. Alasannya: 'mumpung inget'.
[Jujur aja yaa, kadang ngliat rajinnya itu aku suka ngrasa: 'iih, kok aku nyante2 gini aja ya klo kerja?? hihihi *blushing]

Singkat cerita,... Monika pada akhirnya datengin mejaku en bilang:
"mbak, selama ini ternyata aku salah ya. kebiasaanku untuk selalu pengen menuhin target tepat waktu itu justru bikin targetku ga kecapai"

Aku ngernyitin kening:
"kok bisa?"

Dia ngehela nafas:
"iyah. gara-gara aku terlalu fokus pada target --- harus nyelesein semua kerjaan dengan sempurna --- aku malah jadi ga fokus pada kerjaan itu. yang ada dipikiranku jadi panik 'hiyaaah, udah jam sginiii,.. aku blom nyelesein kerjaan yg ini-itu dan ini'"

Aku nyengir:
"jadi?"

Monika senyum manis banget:
"aku belajar satu hal mbak: kalo kita punya target terhadap sesuatu, fokusnya harus pada sesuatu itu, bukan pada waktu"

Aku nyengir lagii.
Sip. Manthaaappph!


[()]
team work OK. kerjaan numpuk: AYOOOK!!!

Thursday, June 21, 2012

Terpenjara Benci

Aku harus menekan emosi saat berada di sebuah ruangan dengan seseorang --- yang tidak aku harapkan keberadaannya. Menahan bergulirnya air mata demi sebuah gengsi agar tak tampak rapuhku. Bertahan dalam diam meski sebenarnya hingar teriakan hati serasa akan meledakkan raga.
          Angkuhku pun kian merdeka!
          : namun hingar teriakan itu tetap teredam rapi oleh dinding hati, hingga hanya kepala dan telingaku lah yang menjadi penikmat setianya.

... Aku merindukan rasa damai.
... Aku membutuhkan rasa terlindungi.

Ketika kemudian aku mencoba berkomunikasi dengan egoku, aku menemukan kesadaran bahwa seharusnya aku tidak boleh terpuruk oleh keadaan yang menjebakku terpenjara dalam benci.
Lantas aku meluangkan waktu untuk memejamkan mata di sela teriknya nyali.

Sore itu, saat rintik hujan membasahi bumi;
dengan ditemani segelas coklat hangat, -
: memandang keluar jendela kamar --- yang pengap oleh beban.
Ikrarku menerobos palung hati
,... mulai saat ini: aku harus bebas dari rasa benci!!


[()]

dapet baca dari kaos tetangga:
jangan terburu menyukaiku sebab aku mempunyai banyak kekurangan
tapi jangan ceritakan kekuranganku itu ke orang lain, sebab siapa tahu nanti aku jadi sahabat terbaikmu

Tuesday, May 22, 2012

Belajar Ga Punya Hati...



Aku mo sok2an aahh kali ini,...
Mo bicara soal bizniz!
Roll
Di tempat kerjaku sekarang ini, boleh dibilang aku dikelilingi oleh para pengusaha; ato bahasa kerennya yang lagi ngetrend: Entrepreneur.
Nah, dari situ aku jadi mengenal beberapa tipe pengusaha. Sekarang perkenankan aku yang masih 'belia' (baca: bodoh) ini memilah beliau2-sang-pengusaha itu menjadi 3 bagian:
(note: pemilahan ini bukan dalam kriteria yang mutlak yaa...)

1. Pengusaha yang punya hati
Pengusaha jenis ini adalah pengusaha yang berhati baik. Artinya, dia ga melulu mikirin untung pribadi dalam menjalankan bisnisnya. Saat menjalankan bisnis, dia emoh ngrugiin rekan bisnis dan haram jelek2in lawan bisnis. Tapi jadinya dia bak MacOm alias Macan Ompong! Hampir semua yang bisnis bareng ma dia seringkali punya kecenderungan ngremehin dan ujung2nya manfaatin dia.

2. Pengusaha yang ga punya hati
Nah, pengusaha jenis ini adalah pengusaha yang punya banyak musuh. Licik, licin... tapi jenius! Jenius disini artinya dia punya banyak ide untuk memajukan perusahaan dan mendapatkan banyak keuntungan. Ga peduli ide itu sesat ato lurus: apapun caranya, hajar saja bleh! Biasanya pengusaha macem ini selain banyak musuh juga punya banyak pengikut. Pengikut2nya sama aja siy: ga punya hati juga. cos cuma mo aman dengan tetep ada deket2 si pengusaha --- ga peduli orang laen susah, asal sendirinya seneng: persetan dah!
Mengutip lagu Bento-nya bang Iwan: Persetan orang susah karena aku,... Yang penting asek, sekali lagi aseekk!!!

3. Pengusaha yang punya separo hati
Tiger!! punya pengaruh terhadap lawan dan rekan bisnis: garang tapi tetep punya hati.
Tipe pengusaha macem gini biasanya punya banyak temen tapi skaligus juga punya musuh lebih banyak daripada jenis pengusaha yang nomor dua.

Laah, iseng2 aku men-survey secara acak adul alias asal-asalan cos cuma ngliat sekelebat doang -- ga bener2 disurvey secara profesional,...
Ternyata dari sekian banyak beliau-sang-pengusaha yang ada di sekelilingku, tipe pengusaha yang nomor dua ini yang lebih banyak!!!

Aku jadi nyengir,... weeeyy, itu artinya aku banyak dikelilingi orang yang ga punya hati yaa...
Hehehe, jaman gene mana ada tempat buat orang baik yang pengen tetep bisa jalan lurus?
Lalu timbul pertanyaan:
Uhm, kalo aku pengen belajar bisnis biar jadi pengusaha, artinya aku harus belajar ga punya hati gitu?

Ya ampuunnn....
Duh





Saturday, May 12, 2012

Pesan Moral dalam Kehidupan Politik (4 of 4)


Ali bin Abi Thalib

            Para pemberontak meminta Ali menjadi khalifah. Mereka akan melibatkan Ali dalam kasus berdarah ini. Tapi Ali dengan tegas menolak pencalonan itu. Ia tahu fitnah sedang menyebar kemana-mana dan ia tak sanggup mengatasi. Orang-orang lalu mendatangi Talhah. Tapi Talhah juga menolak. Mereka mendatangi Zubair, tapi juga menolak.

            Kemudian mendatangi Abdullah bin Umar, juga menolak. Tak ada sahabat Nabi yang bersedia menjadi khalifah. Kalau Ali yang mempunyai banyak keunggulan saja menolak, apalagi yang lain.

            Tapi negara memerlukan seorang pemimpin. Keadaan makin kacau. Ada gejala tiap daerah akan membuat khalifah sendiri-sendiri. Bahaya besar telah mengancam. Maka sekali lagi orang-orang mendatangi Ali. Juga para sahabat terkemuka yang arif.

            Dengan berat hati, Ali akhirnya menerima jabatan menjadi khalifah. Masyarakat pun melakukan baiat, sumpah setia. Pada masa itu, baiat merupakan cara pengangkatan sebagai khalifah.

            Ali yang cerdas, jujur, adil, tegas, dan penasihat utama pada Khalifah Abu Bakar dan Umar segera bertindak cepat. Para gubernur dari keluarga Usman yang hidup mewah diganti. Semua patuh kecuali Muawiyah, Gubernur Siria. Muawiyah menyusun pasukan untuk sewaktu-waktu menghadapi serangan. Ia menuduh Ali berada di belakang pemberontak pembunuh Usman. Baju Usman yang penuh darah diarak keliling dari kota ke kota untuk membakar emosi massa.

            Singkat cerita, terjadi perang saudara. Muawiyah dengan Ali. Pasukan Muawiyah terdesak. Segera Muawiyah minta damai dan berunding, tapi dalam perundingan ini wakil Ali yang jujur dikibuli. Pengikut Ali kecewa berat, bukan saja pada kelicikan Muawiyah tapi juga sikap Ali yang mau berunding ketika sudah di ambang pintu kemenangan. Maka kelompok yang kecewa ini memutuskan membunuh tiga orang yang terlibat perundingan yaitu, Ali, Muawiyah dan Amr bin Ash.

            Muawiyah dan Amr bin Ash lolos dari pembunuhan. Namun Ali berhasil dibunuh pada dini hari ketika menuju masjid mengimami shalat Subuh. Sepeninggal Ali, Muawiyah kekuasaannya dengan cara kerajaan bahkan kekaisaran.

            Kembali soal suksesi, Nabi Muhammad tak memberikan petunjuk teknis. “Engkau lebih tahu tentang urusan duniamu,” kata Nabi. Namun jika yang disebut demokrasi intinya partisipasi dan emansipasi, maka sesungguhnya proses suksesi masa khulafaur rasyidin sudah sangat demokratis.


[ABIS DAH!]

Pesan Moral dalam Kehidupan Politik (3 of 4)


Usman bin Affan

            Umar merasa hari-harinya sudah dekat setelah peristiwa penusukan itu. Di tempat tidurnya ia membentuk suatu dewan yang terdiri atas sahabat Nabi yang paling senior dan terpandang, mereka adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair, Abdurrahman bin Auf dan Saad bin Waqas.

            Dewan ini diminta agar memilih khalifah dari salah satu diantara mereka sendiri. Ada yang mengusulkan agar seorang sahabat besar yang santun dan dicintai Nabi bisa dimasukkan menjadi anggota dewan yaitu Abdullah bin Umar. Tetapi Umar dengan keras menolak karena Abdullah adalah putranya sendiri. “Cukup sekali saja dari keluargaku menjadi khalifah dan itu sudah aku alami,” katanya.

            Usman dan Ali merupakan calon kuat. Waktu pemilihan, Usman memilih Ali dan Ali memilih Usman. Akhir pemilihan suara untuk Usman lebih banyak dengan selisih tipis. Hasil pemilihan kemudian diumumkan.

            Anggota dewan melakukan baiat tanda kesetiaan, diikuti seluruh masyarakat, maka Usman secara resmi menjadi khalifah. Saat itu usia Usman cukup tua, 70 tahun.

            Pada periode Usman yang berlangsung sekitar 12 tahun, Islam berkembang pesat. Wilayah kekuasaannya sangat menjangkau Asia dan Afrika. Pada jaman Usman ini Al Qur’an dibukukan.

            Tapi di balik keberhasilan itu, mulai tumbuh benih ketidakpuasan. Para gubernur banyak diangkat dari keluarga Usman, maka timbul tuduhan nepotisme. Apalagi para gubernur itu hidup mewah, jauh berbeda dengan periode Umar yang sangat ketat meneliti kekayaan pejabatnya.

            Usman yang santun, lembut dan tua tak bisa sepenuhnya mengontrol para gubernur dari familinya yang licin dan lihai. Ia sering memanggil mereka dan menyampaikan ketidakpuasan rakyat. Tapi para gubernur itu tidak ada yang berubah sikap. Kekecewaan masyarakat terus berkembang.

            Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi dari Yaman membakar kebencian masa dengan menunjukkan kelemahan pembantu Usman. Di Mesir, Kufah, dan Basra (Irak) rakyat jijik pada gubernurnya. Sebagian dari gubernur berperilaku memalukan, seperti Wahid bin Uqba, Gubernur Kufah yang muncul di masjid dalam keadaan mabuk. Gubernur Mesir ramai-ramai diusir massa.

            Lalu 600 rakyat Mesir menuju Madinah, di tengah jalan bergabung dengan rombongan dari Kufah dan Basra. Mereka datang ke Usman menyampaikan keluhan. Usman berjanji akan meluruskan bawahannya.

            Rombongan pulang dengan lega. Tapi di tengah jalan, mereka bertemu utusan khusus yang membawa pesan dari Marwan kepada Gubernur Mesir agar rombongan ini nantinya dibinasakan semua. Marwan adalah sekretaris kepercayaan Usman yang masih famili dekatnya, dikenal suka mementingkan diri sendiri dan suka main intrik, menghidupkan semangat kesukuan.

            Mengetahui surat itu rombongan tidak jadi pulang dan kembali menghadap Usman, menuntut agar Marwan diserahkan. Namun Usman tidak bersedia. Ali bin Abi Thalib menyatakan kepada mereka, belum tentu surat itu benar-benar ditulis Marwan, bisa jadi orang lain yang sengaja menghasut.

            Tapi emosi massa sudah terlanjur terbakar dan sulit dikendalikan. Usaha Ali mencegah terjadinya kekerasan tak berhasil.

            Rombongan mengepung rumah Usman menuntut agar Marwan diserahkan. Sementara itu kerabat Usman meninggalkannya. Usman yang tanpa pengawal sedang khusuk membaca Al Qur’an, tiba-tiba ada dua orang Mesir menerobos masuk dan membunuh khalifah yang sedang mengaji. Darah bersimbah di baju Usman. Kelak baju yang berlumuran darah inilah yang dijadikan maskot Muawiyah menarik simpati massa untuk melawan Ali bin Abi Thalib.
            Usman adalah khalifah yang tak sepeser pun mau menerima gaji, yang saleh, dermawan dan lembut hati akhirnya wafat sangat mengharukan. Dari kematian Usman ini perang saudara sesama muslim berawal.


[Skali lagi] To be continued...

Pesan Moral dalam Kehidupan Politik (2 of 4)


Umar Ibnu Khattab

Proses Umar Ibnu Khattab menjadi khalifah berjalan mulus. Ia menggantikan Abu Bakar yang meninggal setelah memimpin selama 2 tahun 3 bulan 11 hari.

Abu Bakar jatuh sakit pada musim panas 634M. Selama 15 hari hanya berbaring. Ia ingin suksesi tak meretakkan persatuan kaum muslimin. Ia merasa, dari semua sahabat Nabi, Umar paling tepat menggantikan dirinya. Namun dia tak mau memutuskan sendirian. Dipanggilnya para sahabat Nabi yang terpandang. Mereka ternyata setuju Umar nantinya menggantikan Abu Bakar.

Kemudian Abu Bakar naik ke balkon rumahnya dan berbicara kepada ummat Islam yang berkerumun di bawah. “Saya berharap kalian semua bisa sepakat tentang calon pengganti khalifah. Saya bersumpah, saya hanya ingin melakukan yang terbaik dalam perkara ini. Hemat saya, Umar bin Khattab yang terbaik dan saya ingin mencalonkannya. Saya berharap keinginan saya ini sama dengan keinginan kalian dan kalian dapat mengikuti keputusan saya.”

            Mereka serempak berkata: “Kami mendengarmu dan akan mematuhi perintahmu.” Abu Bakar lalu memanggil Usman dan mendiktekan teks perintah yang menunjuk Umar sebagai penggantinya setelah para sahabat utama dan masyarakat luas menerimanya.

            Khalifah Abu Bakar meninggal Senin, 23 Agustus 634M. Shalat jenazah dipimpin Umar Ibnu Khattab kemudian dimakamkan di sisi kubur Nabi yaitu di rumah di rumah Aisyah anak kandungnya yang juga istri Rasulullah. Umar Ibnu Khattab langsung tampil sebagai khalifah tanpa ada ketegangan maupun perdebatan.         

            Perlu diketahui, masyarakat muslim Madinah saat itu tak mengenal budaya ewuh pakewuh seperti masyarakat kita sekarang. Jika merasa setuju bilang “ya”, jika tidak setuju bilang “tidak” tanpa sedikit pun rasa sungkan atau pakewuh, sekalipun ditujukan pada pejabat tinggi.

            Dalam kehidupan sehari-hari, sering rakyat jelata bisa langsung mengadukan persoalannya kepada gubernur bahkan langsung khalifah tanpa rasa takut atau pakewuh.

            Kondisi yang sehat dan terbuka itulah yang terjadi ketika mereka secara aklamasi setuju atas kekhalifahan Abu Bakar di gedung pertemuan dan setuju atas kekhalifahan Umar Ibnu Khattab ketika Abu Bakar menawarkan dari balkon rumahnya.

            Mereka menjadi khalifah jauh dari kepentingan duniawi. Terbukti, mereka menjadi miskin setelah menjabat sebagai khalifah karena takut pada harta negara masuk ke dalam perutnya.

            Khalifah Usman dikenal kaya sebelum menjadi khalifah, habis semua hartanya setelah menjadi khalifah.

            Karena itu jangan bandingkan dengan penguasa sekarang yang hidup dengan gaji, tunjangan dan fasilitas  yang sangat memadai.

            Di bawah kekhalifahan Umar bin Khattab, masyarakat muslim memperoleh kemajuan pesat. Umar membangun jaringan pemerintahan sipil tanpa ada contoh sebelumnya. Ia seorang khalifah yang kaya dengan gagasan orisinal, amat menjunjung hak asasi manusia, tegas dalam menegakkan keadilan dan sikap egaliternya luar biasa. Namun khalifah yang mudah tersentuh dengan penderitaan orang bawah ini justru hidupnya berakhir dengan tragis. Terbunuh.

            Seorang budak majuzi bernama Feroz menyelinap di tengah para jamaah yang akan melakukan shalat di Masjid Nabawi Madinah. Ketika Umar datang hendak menjadi Imam, dengan cepat ia menyerang dan menusuk Umar dari belakang. Tiga hari kemudian, khalifah yang luar biasa ini wafat.


[masih] To be continued...

Pesan Moral dalam Kehidupan Politik (1 of 4)

Suksesi Sepeninggal Nabi

By: Nur Cholis Huda @Jalan Terpendek Menuju Tuhan

 

 

Di tengah maraknya perbincangan masyarakat tentang calon presiden dan wakil presiden, maka sebagai tambahan pengetahuan ada baiknya diketahui proses suksesi pada masyarakat muslim sepeninggal Nabi Muhammad SAW.
Sebagai contoh kasus, dapat dikemukakan suksesi pada zaman khulafaur rasyidin, empat khalifah utama sesudah wafat Nabi yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.
Keempat khalifah taman ini tampil secara berurutan. Nabi digantikan Abu Bakar, digantikan Umar, digantikan Usman dan Ali naik menjadi khalifah dengan proses berbeda.

 
Abu Bakar
Ketika Nabi Muhammad wafat (632M), beliau tidak menyiapkan putra mahkota. Juga tidak memberikan pesan poses pemilihan khalifah. Masyarakat muslim yang masih amat muda harus memecahkan masa peralihan yang rawan di tengan masyarakat Madinah yang banyak orang munafik dan ingin menelikung Islam dari belakang.
Ketika mendengar Nabi wafat, banyak yang tak percaya. Umar Ibnu Khattab dengan suara lantang menyatakan, yang berkata Nabi wafat adalah pembohong dan munafik. Menurut Umar, Nabi hanya pingsan, menghadap Tuhan sebentar, nanti akan kembali.
Abu Bakar yang datang belakangan membuka penutup wajah Nabi dan menciumnya. Setelah yakin Nabi wafat, dengan tenang ia keluar dan mengumumkan kematian itu. “Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka beliau telah wafat. Barang siapa menyembah Tuhan, maka Tuhan selalu hidup dan tak pernah akan wafat,” kata Abu Bakar. Lalu ia mengutip Qur’an Surat Ali Imran ayat 144.
Umar gemetar mendengar Abu Bakar membaca ayat itu karena menyadari kesalahannya. Masyarakat pun percaya kepada Abu Bakar.
Di tengah rasa sedih yang mendalam dan belum lagi jenazah Nabi dikebumikan, informasi datang kepada Abu Bakar dan Umar bahwa kaum ansor (Muslim penduduk asli Madinah) berkumpul di balai pertemuan Saqifah bani Syaidah untuk menentukan pengganti Nabi Muhammad sebagai pemimpin kaum muslimin. Segera Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah menuju balai pertemuan itu.
Ketika mereka tiba, pertemuan hampir usai. Saad bin Ubaidah akan diangkat oleh kaum Ansor sebagai khalifah. Tapi Abu Bakar dan Umar tidak setuju, maka kelompok Ansor dan Muhajirin (kelompok yang hijrah bersama Nabi) berada di tepi jurang perselisihan.
Kaum Ansor tetap berkeras khalifah harus dari orang Ansor. Suasana mulai tegang, maka Abu Bakar yang santun tampil ke depan.
Ia menyampaikan dengan rinci jasa kaum Ansor terhadap Nabi dan Ummat Islam. Tapi dia juga menjelaskan betapa pentingnya khalifah ini di pegang kelompok Muhajirin, bukan kelompok Ansor.
“Anda sekalian bisa memilih salah satu dari dua orang ini,” kata Abu Bakar seraya menunjuk Umar dan Abu Ubaidah dan menerangkan kelebihan masing-masing dengan rinci.
Spontan keduanya menolak dan tak ada yang lebih tepat kecuali Abu Bakar sendiri. Umar menerangkan kelebihan Abu Bakar secara rinci. “Bahkan Rasulullah ketika sakit dan tak bisa menjadi imam, selalu menyuruh Abu Bakar mengimami kaum muslim, kita pun bermakmum di belakangnya,” kata Umar.
Hadirin bisa diyakinkan Umar kemudian dia menyatakan sumpah setia kepada Abu Bakar, diikuti semua muslmin, maka resmilah Abu Bakar sebagai khalifah. Kemudian Abu Bakar menyampaikan pidato singkat padat yang bersejarah itu.


To be continued...

Thursday, April 26, 2012

Don’t Judge the Book by its Cover!

Dalam bebrapa hari terakhir ini (tepatnya 2 hari ini) aku mendadak diingatkan pada kata-kata bijak di atas.  Sebab ada beberapa kejadian yang membuat aku jadi ingat kalimat tersebut.

Kejadian pertama dari cerita ‘mama Intang’ tentang profil tetangga belakang rumah yang meninggal:
“Sebelumnya aku nyangka pak Tony tu galak. Tampangnya kan serem gitu.  Tapi ternyata orangnya lucu!”

Yang kedua waktu bunda telepon memberi tahu tentang kedatangan tamu ‘dede Dahyang’:
“Mama kok takut ya ngliat tampang dan penampilannya”

Dari dua kejadian itu, aku jadi merasa ada yang ‘aneh’.
Bukankah sebenarnya kita seringkali diingatkan [bahkan mengingatkan] untuk tidak menilai orang dari luarnya saja?  Tapi nyatanya, -- tanpa kita sadari, kita kerap melakukan hal itu. Ya kan?
: Menganggap orang gondrong dan bertato adalah preman; Cewek cantik pasti mudah mencari pasangan;  barang murah itu pasti jelek n gampang rusak [hehehe, klo yang terakhir ini emang sering benernya yah?]

Aku jadi teringat cerita seorang teman yang mengakui betapa mudah dia jatuh cinta karena hampir selalu menilai orang dari luarnya saja. Konsekuensinya, dia kerap kecewa dan sering berganti pasangan. Lain lagi kisah seorang teman, yang seringkali mendapatkan tatapan heran lantaran dia adalah adik kandung dari seorang pejabat -- sementara dia tidak ‘layak pandang’.

Aku tersenyum kala menyadari bahwa ternyata kita tidak pernah benar-benar bisa untuk tidak menilai orang dari luarnya saja.


||[]||
- this was written to reminder: not to judge the book by its cover -

Monday, April 23, 2012

Materi >< Iman

Tidak bisa kita pungkiri jika selama ini, pola pikir yang terbentuk dalam masyarakat untuk mengukur keberhasilan seseorang adalah dari sukses atau tidaknya seseorang itu. Dan sukses di sini [biasanya] diukur dari materi yang dimiliki.

Si A dianggap sukses karena mempunyai rumah yang super mewah.
Si B sukses karena memiliki mobil lebih dari lima.
Si C sukses seiring dengan semakin banyaknya membuka cabang usaha.

Tiba-tiba saya berpikir, mungkinkah kesuksesan diukur dengan tipe indikator yang lain?

Si A dianggap sukses karena dia sangat jujur.
Si B sukses karena tidak pernah ingkar.
Si C sukses karena selalu rendah hati.

Jawaban saya adalah: BISA!

Sebab, keimanan sebagai indikator lain dari sukses [dengan indikator materi] rasanya sangat diperlukan mengingat masih ada orang-orang sukses [dengan indikator materi] yang minim iman. [Eits! saya bilang 'masih ada'... itu artinya 'tidak semua'!]

Mengapa saya mengatakan masih ada orang sukses [dengan indikator materi] yang minim iman?

Beberapa yang saya temui rata-rata melupakan kewajiban ibadah untuk mengejar materi; melupakan sedekah untuk memenuhi target melengkapi daftar kepemilikan kekayaan;  beranggapan bisa melakukan dan mendapatkan apapun dari kekayaan yang dimilikinya; bersifat arogan, superior, dan menanggalkan nilai-nilai santun.

Saya membayangkan betapa indahnya jika kesuksesan seseorang diukur dari kepemilikan materi sekaligus ketebalan iman --- Jadi meskipun seseorang itu bergelimang harta namun imannya masih di level bawah, maka dia belum bisa dikatakan sukses sepenuhnya.

Namun bagaimana jika tingkat indikator itu diubah?
Keimanan dijadikan tipe indikator utama?

Karena menurut saya, keberlimpahan materi bisa jadi membuat orang lupa dari SIAPA semua kenikmatan itu berasal. Sementara ketebalan iman Insya Allah tidak akan pernah luntur oleh kekayaan dalam bentuk apapun!


:|:|:

Grin
Apabila kamu tidak bisa berbuat kebaikan kepada orang lain dengan kekayaanmu, maka berilah kebaikan dengan wajahmu yg berseri, disertai akhlak yang baik
(Nabi Muhammad)

Ada Kabar Baik?

Aku terkesan sekali ketika seorang teman menjawab sapaku dengan pertanyaan itu.
Tapi yang lebih membuatku terkesan justru jawaban yang aku lontarkan atas pertanyaan itu.

"Selalu ada kabar baik Dy, semua kejadian harus kita anggap baik buat kita kan?"

Hohoho, ga nyangka yah aku bisa melontarkan jawaban yang begitu bijak!
Tapi bisa jadi jawaban itu merupakan buah dari belajarku menuju dewasa. Dan syukurlah bila ternyata pembelajaran menuju dewasa yang selama ini aku tempuh tidak sia-sia.

Selanjutnya, tugasku sekarang adalah mempertanggungjawabkan jawaban itu!

Bahwa aku harus benar-benar bisa menganggap semua kejadian yang aku alami adalah baik buatku.
Meyakini bahwa Allah adalah Maha Benar atas segala yang terbaik buatku.
Membuang jauh-jauh segala bentuk prasangka buruk atas apa yang sudah Allah tetapkan demi kebaikanku.
Selalu ikhlas, penuh syukur, dan tawakal.

Dan jika suatu hari nanti, teman yang aku panggil dengan sebutan 'Dy' itu kembali bertanya: 'Ada kabar baik?'

Aku akan mantap menjawab: 'Semuanya baik Dy!'

Animated Emoticons

:|:|:

"Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseorang yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup"
(Bediuzzaman Said Nursi)

Tuesday, April 10, 2012

Betapa Baiknya Allah

"Maka renungkanlah betapa begitu baiknya Allah merawat jiwa kita dalam cahaya hidayah. Membandingkan dengan orang-orang yang belum mendapat hidayah, kita akan banyak bersyukur. Sehingga anda yang hari ini mendapati jiwa ringan diajak sholat maupun bersedekah, melakukan kebaikan-kebaikan tak perlu terlalu bersedih ketika nikmat lain tak jua kunjung menghampiri. Bila Allah bersama kita, selainnya tidak ada yang lebih penting" [NH edisi 99, April 2012 hal. 8]

Membaca artikel itu membuat mataku sejenak kabur oleh genangan air mata.
Bagaimana tidak? Aku seolah diingatkan pada sebuah kenyataan bahwa ternyata aku masih saja belum bisa bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah beri. Sifat manusiaku yang kerap merasa 'kurang' membuatku kehilangan rasa syukur itu. Padahal sudah berapa banyak Allah memberikan nikmat padaku? Banyak! Tak terhitung!

Lalu aku rindu bersujud.

Mengucap takbir dengan khusyuk. Kembali melantunkan syukur dengan hati yang benar-benar tunduk.

Aku mengulang membaca kalimat terakhir artikel itu:
"Bila Allah bersama kita, selainnya tidak ada yang lebih penting"

Sungguh!


::||::

Wednesday, March 7, 2012

Sabar Yaa...

    Kalau tidak boleh dibilang sering, pasti kita beberapa kali mendengar ada rekan memberi nasihat: 'sabar yaa...' 
     : bahkan kalau kita mau jujur, kita juga sering menasihati rekan kita dengan dua kata itu.



Kira-kira sebulan yang lalu, seorang sahabat kembali menceritakan keluhannya. Keluhan yang sama sejak hampir 6 bulan terakhir ini membebani dia. Saat itu, aku sudah sampai pada batas tidak bisa lagi mengatakan 'sabar yaa...'. Karena aku merasa sudah terlalu sering mengatakan mantra serupa. Lalu, aku tergeragap dalam bisu sementara kepalaku dipenuhi oleh pertanyaan: 'well, gua harus ngomong apa kali ini??'

Then yang terucap adalah: 'aku ga ngerti harus ngomong apa. kamu pasti bosen kalo aku bilang 'sabar''
Dan sang sahabat tertawa, 'iye emang, sumpah aku bosen! tapi kamu jangan bosen ya kalo aku curhat tentang ini lagi' 
 true buddy smiley

Menjadi seorang pendengar, kadang membuat kita mendadak menjadi bijak. Sebab saat itulah kita dituntut untuk bisa memberikan solusi atau paling-tidak-sedikit-opini terhadap apa yang kita dengar. Lebih-lebih jika apa yang kita dengar adalah keluhan orang terdekat kita yang membutuhkan dukungan.

Seperti ilustrasi di atas.

Nasihat 'sabar yaa...' merupakan salah satu nasihat bijak yang paling sering terucap. Cukup dua kata. Tidak lebih. Sangat ringan dan mudah diucapkan, tapi sumpah-mampus-buerat- buanget dilakuin.

Seperti misalnya kalo ada temen cerita abis kena musibah: ditelikung rekan kerja sampe diskors dan dimutasi ke divisi laen yang notabene gajinya lebih rendah - kita dengan entengnya bilang: sabar yaaa... [dibarengin harapan temen kita beneran bisa sabar ngadepin musibah itu]
Bayangin andai kita ada di posisi itu then orang-orang di sekitar kita dengan entengnya bilang: sabar yaaa... [yang ada kita ngelus dada sambil ngebatin: ngomong doang mah enak!]

be polite smiley