Thursday, October 7, 2010

Little Story from CHandra - Part 1

DENPASAR. HARI KE-5.
PUKUL 10:15 WITA. DI SALAH SATU SUDUT MALL BAGIAN PAKAIAN DALAM COWOK.

CHandra merogoh sakunya. Mengeluarkan handphonenya yang bergetar dan berkedip-kedip. Nama Heri tertera di layar.

“CHan?”
“Yoo?”
“Hallo? ... Hallooohh?? CHan??”
“Apaaa!?”
“Busyet! Rame amat! Lu dimana sih?”
“Di mall”
“Pagi-pagi gini?? Ngapain???”
“Hehehe!” CHandra nyengir, “kita kehabisan underwear!”
Rico yang ada di samping CHandra dan merasa dilibatkan dalam pembicaraan karena kata ’kita’, tersenyum.
“Hahahahaha,... emang lu bawa berapa?”
            “Tiga!”
            “Lah? Trus kemaren-kemaren lu ga pake underwear apa?”
            “Yaa,… side A – side B gitulah!” CHandra menjawab lugas malu-malu.

Dari seberang terdengar tawa Heri semakin meledak,
           
            “Whoakakakakakak!!! Jorok lu ga ilang-ilang!!!”
Tapi Heri mendadak menghentikan tawanya,
“Eh? ...” dia menyadari sesuatu
“Tapi lu ngapain beli segala? Bukannya lu balik hari ini?” ada nada cemas dalam tanyanya.
“Blom. Penerbangan kita hari ini dicancel " CHandra menjawab ringan.
“Hahhh??” teriak Heri kaget campur panik,
“Tapi lu kudu pulang hari ini! Gua dah ngejadwalin kalian untuk meeting ma Perhutani besok!”
“Lu ga denger gua barusan bilang apa? Penerbangan kita hari ini dicancel, Dodol!!!!” CHandra mulai tidak sabar mendapat tekanan dari Heri.
“Pake pesawat laen!” Heri ngotot.
“Penuh!!!” nada CHandra mulai meninggi.
“Usahain!!!!” tekan Heri lagi.
“Ya Tuhaaaan,...!" CHandra senewen.
Seketika CHandra menjauhkan handphone dari telinganya, menatap handphone itu lekat – seakan-akan wajah Heri terpampang di sana,
“Monyong nih anak!!” umpatnya dengan nada heran. Lantas dia menyerahkan handphonenya ke Rico putus asa.
“Lu deh yang ngomong! Heri nih!”


Rico menerima handphone CHandra sambil menyisakan senyum melihat tingkah CHandra tadi.
“Ya Her?” sapanya lunak.
“Lu Rik?”
“Yup”
“Beneran, kalian ga bisa pulang hari ini?”
“Iya. Tadi pagi pihak travel ngasih tau, penerbangan kita hari ini dicancel. Kita udah mo beli tiket pake penerbangan laen tapi semua udah penuh”
“Jadi kapan kalian pulang????” Heri makin panik
Saking kencengnya, CHandra sampai bisa mendengar pertanyaan Heri di seberang. Kesalnya yang sudah sedikit cair membuatnya tergelitik untuk menggoda Heri. Ditimpalinya kencang-kencang pertanyaan Heri itu,
“Busyeet!! Bini gua aja ga sepanik lu waktu tadi gua kabarin gua blom bisa balik hari ini”
Heri yang mendengar teriakan CHandra menangkis,
“Itu artinya bini lu ga bener-bener cinta ma elu dan merasa kilangan!!! Ga kaya gua!!!” teriak Heri asal yang langsung disambut gelak oleh Rico. Lantas Rico mendorong bahu CHandra pelan. Mengisyaratkan untuk menyudahi acara bercanda itu. CHandra menanggapi dengan cengengesan kemudian beranjak menjauh, - memberi keleluasaan Rico untuk bicara serius dengan Heri.
Selanjutnya, Rico menjawab pertanyaan Heri yang sebelumnya terpotong,
”Yaa, kalo ga dicancel lagi, paling cepet besok kita balik! Ada apa, Her?”

Jeda.
CHandra tidak bisa menangkap jelas jawaban Heri.

“Lu bisa ngejadwal ulang meetingnya ga? Kalo ga, mending lu dateng tanpa kita deh!”

Jeda.

CHandra yang sudah mendapatkan underwearnya beranjak menuju salah satu counter kaos cowok yang tidak jauh dari tempat Rico berdiri. Dari posisinya itu, dia lamat-lamat mendengar Rico mendiskusikan rencana bahan meeting besok pada Heri.

Sekian waktu berselang.

“Udah. Dari gua itu aja. Lu yang masih kurang jelas yang mana?” tanya Rico di detik-detik akhir pembicaraan.

Jeda.

CHandra yakin – saat itu, seperti kebiasaannya dan semua anggota teamnya – Heri pasti sedang mengulang hasil diskusinya bareng Rico tadi.

Selanjutnya, dia mendengar Rico hanya menjawab pembicaraan Heri dengan kata sepatah-sepatah:

“Yup!”

Jeda.

“Seeppp!!”

Jeda.

“Okeeehh!!!”

Pembicaraan selesai.



No comments:

Post a Comment