Saturday, October 16, 2010

Little Story from CHandra - Part 3

DENPASAR. [Tetap pada] HARI KE-5.
PUKUL 22:30 WITA. DI LOBBY HOTEL.

            CHandra melangkah sendirian menuju jajaran sofa yang tersedia. Mengarahkan kakinya ringan seraya menentukan tempat ternyaman. Pilihannya jatuh pada sofa panjang berwarna gading. Pantatnya menjejal bada bantalan, duduk bersandar dengan tangan terentang di puncak sandaran. Pergelangan kaki kanannya menopang tepat di atas lutut kaki kirinya. Kepalanya bergerak mengedarkan pandangan ke segenap penjuru lobby. Dia tengah menimbang-nimbang rencana. Sendirian begini, mo ngapain coba? batinnya jenuh.

            Nafasnya terhela panjang. Telapak kakinya yang hanya beralas sandal bergerak mengikuti lagu yang terputar di lobby dan lembut tertangkap telinganya. Sebenarnya tadi CHandra berencana mengajak Rico keliling Denpasar. Tapi ajakannya tak bersambut.

Lantas, percakapannya dengan Rico di telepon setengah jam yang lalu terputar kembali.

            “Rik?”
            “Yoo?”
            “Gua, CHandra!”
            “Yup!... ada apa, Bro?”
            “Jalan yuk!”
           
Sepi. Ajakan itu tak segera terjawab. Satu detik, dua detik, tiga detik.

            “Rik?” panggil CHandra.
            “Eh, iya, uhm,... gua,...” Rico tergeragap.
            CHandra menunggu.
            Namun sejurus kemudian CHandra teringat sesuatu. Ingatannya memunculkan sebuah perkiraan. Dan CHandra melontarkan perkiraan itu dalam batas keyakinan,
            “Oh!” katanya tertahan, ”lu,...???” tebaknya tergantung.
            “Iyya,... ” jawab Rico enteng. Dari suaranya, CHandra tahu Rico ber’iya’ dengan senyum.
            CHandra menghela nafas maklum,
            “Okeh! Have a nice sex!” olok CHandra jengah.
            Di seberang sana Rico tertawa renyah,
            “Thank you!”

CHandra menggeleng-gelengkan kepalanya tersenyum mengingat percakapan itu.

Rico.

CHandra mengenal Rico kurang lebih sejak tujuh tahun yang lalu. Sekian tahun mengenal seorang Rico, CHandra tahu betul kebiasaan sahabatnya itu.
Nyaris, setiap ada tugas ke luar kota, kebiasaan itu tak terlewat. Tidak seperti kalau dia bertugas bersama teman-teman yang lain. Khusus tugas bersama Rico, mereka pasti booking dua kamar.
Begitu pula saat ini.

Tiba-tiba handphonenya bergetar. Nama Rico tertera di layar.

“Ya?” jawab CHandra datar.
“Lu dimana?”
“Lobby”
“Oke”
Klik!
“??”
Busyet! Dimatiin!? batin CHandra heran.
Menganggap Rico sedang mabuk, CHandra tidak mempedulikan kejadian itu. Dia berdiri, menyusupkan handphone ke saku celananya sambil beranjak menuju rak koran di tengah ruangan, mengambil salah satu koran, kemudian berjalan kembali ke tempatnya semula.
Lembar demi lembar halaman Bali Post dia buka untuk mencari berita menarik.

Tiba-tiba,...

“Malam” sebuah suara menyapa.
“Malam” CHandra mendongak, di depannya berdiri seorang pria yang tidak dia kenal; senyumnya tersungging lebar sehingga sederet giginya yang rapi tertampak jelas.
“Mas CHandra?” masih dengan senyumnya orang itu bertanya.
“Ya?” jawab CHandra bimbang, darimana nih orang tau nama gua? batin CHandra heran.
“Sendirian?” tanya pria itu ramah.
“...” CHandra merasa tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Sudah jelas dia sendirian di sini kan? Tapi tak urung dia melemparkan senyum. Koran di tangannya yang belum sempat dia baca terpaksa dia lipat demi alasan kesopanan.
“Hm, boleh saya duduk?” lanjut pria itu sambil melirik sofa tunggal yang terletak di depan sudut pandang CHandra.
CHandra mengangguk mempersilakan.
Setelah mendapat posisi duduk yang nyaman, pria itu kembali membuka percakapaan,
“Malam indah kaya gini, tidak semestinya dihabiskan sendirian, kan?”
CHandra mengernyitkan kening. Memandang pria itu lekat dengan tatapan tidak mengerti.
“Saya bisa nyariin temen buat mas CHandra”
CHandra menelengkan kepala, ”Maksudnya?”
“Ya temen. Cewek. Biar mas CHandra ga kesepian”
“Uhm,... maaf. Saya ga ngerti maksud Anda”
“Aahh!! Ga usah sungkan dan berAnda-anda mas CHandra!” pria itu tersenyum sambil mengibaskan tangannya ke udara, “saya beneran niat mo bantu kok. Saya bisa atur semuanya. Nah, mas CHandra pengen ditemenin cewek yang kaya gimana?” desak pria itu meyakinkan.
“???”
CHandra melongo. Heran.
Sebuah getar halus yang berasal dari handphonenya membuatnya kaget hingga berjingkat.
“Sebentar!” kata CHandra sambil buru-buru merogoh saku celana tempat handphonenya tersimpan.

1 message received.
Dari Rico!

“GW YG MINTA TU ORG NWARIN LU. TRIMA AJA. HEHEHE, HAVE A NICE SEX 2!”

Glek. CHandra menelan ludah.
Tanpa mengubah posisi kepala, pandangan matanya beralih dari layer handphone ke sosok pria yang ada di depannya.

Pria itu kini duduk dengan posisi miring. Mengusap-usap dagu dan tersenyum ke arahnya. Matanya menatap CHandra lekat. Menyapu seluruh tubuh CHandra yang lekuknya terpeta jelas lantaran kaos yang dibelinya tadi pagi menempel di tubuhnya cukup ketat.

CHandra gusar. Gelisah. SMS Rico menjelaskan maksud pria itu.
Rico gila. Sinting. Edan. Keparat tuh anak. CHandra tak habis-habis memaki dalam hati.
Tiba-tiba AC lobby terasa panas sehingga membuat CHandra berkeringat. Otot tubuhnya menegang. Bibirnya terkatup memperjelas bentuk rahangnya yang sempurna.

Melihat CHandra diam, pria itu mengubah posisi duduknya.
Menggeser pantatnya hingga ke ujung sofa sambil mendorong maju tubuhnya. Sikunya bertopang lutut dan jemarinya saling bertaut. Senyumnya terus tersungging sementara pandangan matanya tak lepas melumat tubuh CHandra; - pandangan mata yang sungguh membuat CHandra ingin muntah.
Setengah berbisik, pria itu berucap,
Well,...  katanya sambil menggoyangkan kepala,
“Kalau mas CHandra emang ga mo ditemenin cewek,...” dia menggantung kalimatnya sengaja memberi jeda.
Dalam senyumnya, pria itu memainkan lidahnya agar bibirnya basah,
“Saya bersedia nemenin mas CHandra” lanjutnya seraya menegaskan dengan anggukan kepala.

Nafas CHandra tertahan, “ANJRIIIITT!!!”


* END *

No comments:

Post a Comment